Di Usia 22 Tahun, Kini Rakyat Tahu

Di Usia 22 Tahun, Kini Rakyat Tahu

Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup--

SUDAH dinilai tak patut dan tak pantas jadi pemimpin, namun justru mengaku sangat tahu apa maunya rakyat?  Begitulah dorongan nafsu kekuasaan yang kadang mengalahkan logika dan suara hati.

Oleh: Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup

TAHUN 2024 --dan dimulai tahun depan 2023-- akan bermunculan para kandidat, mulai dari Calon Kepala Daerah sampai Calon Wakil Rakyat dengan berbagai tingkatannya yang penuh percaya diri seolah sangat tahu rakyat sekitarnya, bahkan lebih tahu dari rakyat itu sendiri.  

Padahal, 22 tahun sudah usia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) ini.  Rakyat justru sebenarnya lebih tahu soal si calon itu sendiri.  Namun lebih memilih diam, karena menasehati orang yang sudah nafsu akan kekuasaan tidak bisa lagi dengan logika dan akal sehat.

Dan inilah yang kadang tidak disadari oleh tiap kandidat.  Banyak yang merasa sudah terkenal dan dikenal saja sudah cukup.  

Padahal justru karena sudah terkenal dan dikenal jauh oleh rakyat itulah yang membuat rakyat merasa orang itu patut atau tak patut jadi pemimpin.  

Jadilah kadang karena sudah terkenal dan dikenal malah membuat tak terpilih.

Menghadapi hati nurani rakyat dengan modal percaya diri saja tidaklah cukup.  Merenung dan bercerminlah lalu berhitung, setelah itu baru berpikir akan bertarung atau tidak.  Menghadapi rakyat jangan dengan mendengar suaranya yang kadang hanya dusta karena agar enak didengar.  Tapi justru lebih baik dengan bertanya pada diri sendiri, apa yang telah saya perbuat untuk mereka?  

Ingatlah, jangan hanya mengingat kebaikan yang telah kita berikan yang kadang begitu cepat dilupakan orang karena diberi  di saat orang tengah bahagia dan ketika kita ada maunya.  Tapi, ingatlah mungkin ada kejahatan dan perilaku atau kebijakan kita yang dinilai menyakiti dan itu membekas hingga mati.

Kesalahan orang lain terletak di mata kita.  Kesalahan kita terletak di punggung kita.  Demikian pesan bijak Ruchert

***

DIKUMPULKAN, diceramahi, dijelaskan program ini program itu, semua mengangguk, semua setuju, semua salut dan semua bagai mendukung kita.  

Lalu, sebelum pulang, mereka diberi uang saku, diberi beras, diberi mukena, diberi kain sarung, dan sebelumnya diajak memilih ini pada tanggal ini nanti....  Semuanya, yah oke-oke saja..... Wah, ternyata rakyat begitu mudah?  Apa iya?

Kondisi demikianlah yang dihadapi para kandidat dalam setiap Pemilu dan Pilkada nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: