Prevalensi Stunting dan Bumi Laskar Pelangi yang Terancam Pernikahan Usia Dini

Prevalensi Stunting dan Bumi Laskar Pelangi yang Terancam Pernikahan Usia Dini

BKKBN Bangka Belitung--

KABUPATEN Belitung Timur merupakan satu dari 7 daerah tingkat dua di Provinsi Bangka Belitung. Daerah dengan luas 2.506,91 kilometer persegi ini memiliki garis pantai pasir putih yang indah dan menjadi destinasi wisata dan kini lebih dikenal sebagai Bumi Laskar Pelangi berkat novelis Andrea Hirata.

Namun di daerah indah ini masih belum terhindar dari stunting atau balita yang kekurangan gizi kronis sehingga menyebabkan kegagalan pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu penyebab stunting yang telah dideteksi adalah pernikahan usia dini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, Belitung Timur berpenduduk 129.411 jiwa dengan proporsi jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Laju Pertumbuhan penduduk tahun ini 63,22% lebih rendah daripada tahun lalu dengan angka harapan hidup 72,10 tahun. 

Lebih dari 30 persen masyarakat Belitung Timur tinggal di Kota Manggar sebagai ibukota Kabupaten. Manggar dikenal sebagai kota 1.001 Warung Kopi karena banyaknya kedai kopi di daerah itu serta kebiasaan masyarakatnya terutama yang laki-laki sering berkumpul di warung kopi terutama pada malam hari.

Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung angka prevalensi balita stunting sebesar 18,6 persen. Kabupaten Belitung Timur menempati peringkat kedua tertinggi yaitu sebesar 22,6 persen di bawah Kabupaten Bangka Barat.

Menurut Technical Assisstant Satgas Stunting Provinsi Bangka Belitung Dinda, prevalensi stunting di Belitung Timur ini disebabkan oleh faktor pernikahan dini dan pola asuh yang salah. 

Dinda menjelaskan bahwa sebagian besar merupakan keluarga yang mampu namun kurangnya implementasi orang tua dalam menerapkan pola asuh yang benar. Untuk mengatasi ini sudah ada bantuan dari Desa, Posyandu dan Kader IMP dalam program pencegahan balita stunting berupa pemberian makanan tambahan serta demo masak makanan tambahan bayi.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Fazar Supriadi Sentosa, mengatakan bahwa penyebab lain balita stunting di Belitung Timur adalah kerja sama antar lintas sektor yang masih kurang serta kurangnya kepedulian masyarakat untuk makan makanan bergizi seimbang. 

“Perkawinan usia dini di Belitung Timur masih tinggi,” kata Fazar.

Menurut Fazar, BKKBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah melaksanakan upaya-upaya dalam mencegah stunting di Belitung Timur yang dilaksanakan pada awal tahun dalam Kegiatan Pencanangan Bhakti Sosial IBI KB Kesehatan yang dilaksanakan di PT SWP, perusahaan kelapa sawit di Belitung Timur, berupa pemberian sosialisasi dan bantuan bagi keluarga terdampak stunting. 

Selain itu juga ada pembinaan yang dilakukan oleh Bidang KS PK dan Dalduk Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta Satuan Tugas Percepatan Penurunan Stunting yang bekerja sama dengan dinas-dinas terkait. Pemerintah Kabupaten Belitung Timur menggencarkan koordinasi lintas sektoral dan promosi kesehatan untuk menurunkan angka stunting. 

“Kita terus berupaya menekan angka kasus stunting melalui koordinasi lintas sektor. Kita upayakan zero kasus pada 2024,” kata Wakil Bupati Belitung Timur Khairil Anwar yang merupakan Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Belitung Timur. 

Lebih jauh Khairil, mengatakan bahwa kepedulian orang tua terhadap anak juga menjadi faktor yang mempengaruhi kondisi bayi stunting, selain faktor ekonomi. 

“Banyak kasus stunting terjadi karena orang tua kurang peduli akan gizi anak,” jelas Khairil. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: