Ricuh Nelayan dan Penambang Pangkalniur Mediasi Gagal

Ricuh Nelayan dan Penambang Pangkalniur Mediasi Gagal

*Kapolres Sarankan Untuk Melapor Bila Jadi Korban -- RIAUSILIP - Kericuhan di perairan Teluk Kelabat dalam yang berujung bentrok nelayan dan penambang serta pembakaran rumah belum berhasil dimediasi. Namun situasi di Desa Pangkalniur tempat lokasi salah satu rumah singgah penambang terbakar telah terkendali. Pantauan Babel Pos, rumah yang berada di ujung Desa Pangkalniur Kecamatan Rilip ini masih menyisahkan asap dari kayu terbakar. Puing-puing bangunan tembok dan kayu telah dipasangi garis polisi. Seyogyanya pertemuan diinisiasi pemerintah, kepolisian dan TNI pada Minggu (2/5) di Gedung Serbaguna Riausilip pukul 10.00. Namun sampai siang, warga dari pihak nelayan menolak hadir hingga pertemuan difasilitasi Kapolres Bangka, Dandim Bangka, Pemkab Bangka itu batal. Tampak Camat Riausilip Lingga Pranata berusaha menghubungi perangkat Desa Riausilip yang kemudian didapat kabar warga tetap enggan datang. Kapolsek Riausilip, Iptu Fajar pun ikut berupaya memfasilitasi mediasi namun tetap batal. Sementara itu personel telah disiagakan dari Polda Babel, Polres Bangka maupun TNI untuk menjaga kondusifitas. Tampak turun di seputaran Riausilip perwira Polres Bangka seperti Kabag Ops Kompol Ricky Dwiraya Putra dan Kasat Reskrim AKP Dedi. Kapolres Bangka AKBP Widi Haryawan kepada Babel Pos menerangkan, terkait aksi yang melibatkan korban baik dari pihak nelayan maupun penambang melakukan penempatan personel dan monitoring situasi di lapangan baik di Riausilip maupun Belinyu. \"Terkait kejadian kemarin unjuk rasa itu kita hingga saat ini masih melakukan pendalaman kejadian sampai terjadinya anarkis,\" kata Kapolres Bangka di Mapolsek Riausilip, Minggu (2/5). Ia menyebutkan, secara pengecekan ke Polsek Riausilip maupun Polsek Belinyu tidak didapat informasi aksi nelayan itu. Sebelumnya nelayan menyatakan telah menyampaikan informasi ke kepolisian akan ada aksi damai. Namun atas aksi itu dilakukan upaya pencegahan dan imbauan warga agar tidak melakukan tindakan anarkis. Dalam hal ini ia jelaskan, di Desa Pangkalniur terdapat warga yang bekerja sebagai nelayan dan penambang. Sempat didapat informasi telah ada semacam kesepakatan antara nelayan dan penambang untuk batasan area penambang dan tidak boleh ditambang di Pulau Dante-Sunur. Sama halnya dengan area tambang di Pulau Kianak. Aksi nelayan diduga adanya perambahan tambang di area larangan nelayan. Mengenai hal yang memicu anarkisme sedang di dalami pihaknya. \"Ini (penambangan) di luar patok yang ditentukan. Ini yang kita dapatkan. Patok itu ditentukan Desa itu sendiri,\" sebutnya. Buntut kejadian di area tambang Teluk Kelabat terjadi pembakaran rumah singgah panitia tambang. Rumah singgah tersebut sering dijadikan tempat pertemuan panitia tambang. Diduga karena ada korban dari pihak nelayan usai aksi siang itu maka memancing pembakaran pada malam hari. Dalam hal ini pihak kepolisian masih menunggu laporan nelayan. Sebab kedua belah pihak baik nelayan maupun penambang ada yang jadi korban dari rentetan peristiwa ini. \"Sejauh ini laporan yang masuk dalam bentuk aduan baru dari pihak penambang, di Polsek Belinyu. Kita pun mengharap dari pihak nelayan yang menjadi korban agar membuat laporan baik Polsek maupun polres. Karena kita tidak ingin polres dibilang memihak salah satu pihak dalam hal ini penambang, apabila nanti prosesnya berjalan,\" terangnya. Ia lanjutkan, mengenai pertemuan mediasi tidak jadi karena setelah ditunggu tidak dihadiri pihak nelayan. Mediasi diperlukan mengingat kedua belah pihak berada di satu desa, baik pihak nelayan maupun penambang. \"Sama-sama warga Pangkalniur baik penambang maupun nelayan. Yang ingin kita pertemuan untuk dicari solusinya seperti apa,\" tukasnya. Mengenai upaya pemulihan kondusifitas dilakukan dengan penempatan pasukan termasuk monitoring di area konflik tambang dekat Kelapa Dalam-Dante, Sunur. Hanya, memang ia akui terkadang ada kalanya aparat tidak bisa siap di seluruh lokasi tambang ilegal itu. Mengingat luasnya wilayah Kabupaten Bangka yang terdapat berbagai persoalan. \"Jadi kita sampaikan, kita tidak bisa di lokasi itu satu kali dua puluh empat jam mengawasi,\" ujarnya. Disinggung apakah ada pihak yang telah diamankan dari kejadian ini ia akui belum. Masih dilakukan proses penyelidikan baik untuk ricuh yang berujung adanya korban diduga penganiayaan, maupun soal peristiwa pengrusakan dan kebakaran. \"Kita masih melakukan penyelidikan menunggu laporan yang ada,\" pungkasnya. Sebelumnya peristiwa kisruh nelayan dan penambang di Kelabat Dalam berlangsung Sabtu (1/2). Aksi nelayan yang menolak tambang memasuki area tangkap berujung bentrok di pos timbangan timah penambang. Terjadi korban dari pihak penambang dan nelayan hingga ada yang dilarikan ke rumah sakit. Malam harinya berujung pembakaran rumah tempat pertemuan panitia tambang di Desa Pangkalniur.(trh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: