Mengapa Si Tempua Bersarang Rendah?

Mengapa Si Tempua Bersarang Rendah?

\"KALAULAH tak ada berada, takkan tempua bersarang rendah....\" Oleh: Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup -- CATATAN Politik (Capol) penulis dalam 2 edisi di pekan lalu, mengulas 2 hal. Pertama, apa dan bagaimana Pilkada Serentak di tahun 2024. Kedua, soal personal branding. Lalu, tak perlu dimaknai apalagi diterjemahkan terlalu jauh. Saat ini, 2 Kepala Daerah --Walikota Pangkalpinang dan Bupati Bangka-- yang sama-sama diusung PDI Perjuangan seperti tengah membangun personal branding dengan memasang baliho di luar daerah kekuasaan atau pemerintahan mereka. Sekali lagi, itu tak perlu diperdebatkan atau dimasalahkan, tapi justru semua sudah paham kemana arahnya. Memang arahnya kemana? Hal yang pasti, untuk Bupati/Wakil Bupati Bangka Induk, Bupati/Wakil Bupati Belitung, Walikota/Wakil Walikota Pangkalpinang, habis masa jabatan di Tahun 2023. Dan berarti untuk ke 3 daerah ini Kepala Daerah dijabat oleh Pelaksana Tugas. Sedang posisi Gubernur/Wakil Gubernur Babel justru lebih dulu habis yaitu di tahun 2022. Dan itu berarti, posisi pejabat PLT untuk 3 Kabupaten yang habis masa jabatan di tahun 2023 itu, ditunjuk oleh PLT Gubernur Babel nantinya. PLT Gubernur Babel ditunjuk Mendagri. Dan, hal yang pasti untuk Gubernur/Wakil Gubernur Babel terjadi kekosongan kekuasaan Kepala Daerah definitif, yaitu 2022-2024 (hampir 2 tahun). Demikian juga untuk Bupati/Wakil Bupati Bangka, Belitung, serta Walikota/Wakil Walikota Pangkalpinang, kekosongan Kepala Daerah Definitif terjadi 2023-2024 (1 tahun lebih). Jelas sudah maknanya, personal branding yang tiba-tiba menyebar itu adalah tes case... *** APAKAH itu berarti Bupati Bangka Mulkan atau Walikota Pangkalpinang Maulan Aklil (Molen) akan bertarung di Pilkada Gubernur Babel? Jawabnya, semua kemungkinan bisa terjadi. Namun satu hal yang perlu diingat, ajang Pilkada 2024 tidak bisa dijadikan ajang coba-coba. Karena, sekali bertarung, pilihannya hanya gagal, atau jadi untuk 5 tahun. Maksudnya, para Bupati/Wakil Bupati atau walikota/Wakil Walikota tidak bisa coba-coba dulu di Pilkada Gubernur. Ikut Pilkada Gubernur atau ikut Pilkada Bupati/Walikota. Harus memilih, karena waktu gelaran hajatan itu bersamaan. Dan hal yang perlu diingat, secara hitung-hitungan matematis politis, tentu masing-masing Walikota/Wakil Walikota Pangkalpinang, Bupati/Wakil Bupati Bangka lebih diuntungkan jika turun bertarung di daerah dimana mereka berkuasa saat ini. Bukankah gerak dan kiprahnya sudah terlihat? Lalu, munculnya baliho atau personal branding itu untuk apa? Yah jelas untuk \\\'tes case\\\'. Ingat, kedua pejabat itu Mulkan dan Molen berasal dari partai yang sama. Dengan baliho itu nama partai Banteng Moncong Putih tentu menjadi perhatian dan terangkat? Apakah baliho itu atas perintah? Penulis hanya bisa menjawab dengan senyum? Apakah itu tidak terlalu dini? Dalam politik justru kadang semua terasa sudah terlambat? ***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: