Bisakah Biduk Lalu Kiambang Bertaut?

Bisakah Biduk Lalu Kiambang Bertaut?

POLITIKUS ulung akan selalu menjaga teman yang ada, menambah jumlahnya, mengurangi musuhnya. Bila perlu meniadakan lawan. Oleh: Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup -- PEPATAH Tionghoa, sumur yang baik tetap mengalir di musim kemarau. Jika airnya banyak di musim hujan, itu penampung air namanya. Orang yang baik adalah orang yang memberi dari kekurangannya, bukan dari kelebihannya. Orang yang benar-benar baik adalah orang yang memang selalu baik dan selalu berbuat kebaikan meski ketika ia dalam keadaan kekurangan. Di tahun politik nanti, rakyat tak terlena jika para bakal calon mendadak menjadi murah hati, mudah pula dalam memberi. Setiap ocehan rakyat dari kelas manapun didengar dan direnungkan, kalau tidak oleh Bakal Calon langsung, minimal oleh orang dekatnya guna disampaikan nanti ke kandidat yang akan maju. Perilaku Bakal Calon yang demikian ini seolah mencerminkan inilah pemimpin pilihan. Pemimpin yang murah hati, mudah memberi, mau mendengar? Hanya persoalannya, perilaku ini hanya ketika mau mencalonkan diri. Jika memang perilaku itu tetap bertahan hingga terpilih bahkan hingga memimpin dan hingga akhir jabatan, sungguh mulia dan sungguh pemimpin harapan. Tapi belum ada yang demikian? *** ADALAH angan, pemimpin ketika sudah jadi mantan tetap meninggalkan kesan. Mari kita kembalikan ke makna pepatah Tionghoa di atas. Bahwa sumur yang bagus adalah sumur yang tetap mengalir dan jernih airnya ketika musim kemarau tiba. Kebaikan yang digelontorkan seorang pemimpin diharapkan berlanjut ketika masih atau tidak lagi. Tirulah perilaku sumur yang baik itu. Perilaku pemimpinlah yang akhirnya bisa merubah watak rakyat. Pemimpin harus belajar jadi sumur yang baik, tetap mengalirkan kebaikan meski dalam kesusahan dan kekurangan. Bahkan dalam kekurangan pula tetap memberi lebih agar terbentuk watak pemimpin yang berakhlak mulia, yang selanjutnya berarti mengajarkan rakyat untuk berpolitik santun, melihat kekuatan figur berdasarkan watak dan perilaku, bukan berdasarkan ada apanya. Kalaulah memang berat untuk berbuat baik, pilihlah berbuat benar. Dalam artian, setiap tindak dan perilaku melihat aturan. *** PEMIMPIN yang dipilih dan terpilih, kadang bukan pilihan. Menang dalam pemilihan, bisa karena ada apanya... Yang dipegang pemimpin sebenarnya bukan kekuasaan, tapi kewenangan. Dan itu tidak tak terbatas. Berilah rakyat tontonan perjuangan untuk kebaikan. Bukan pertentangan untuk kepentingan. Bisakah... Biduk lalu, kiambang bertaut? ***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: