Politisi Pelayan Sepanjang Masa

Politisi Pelayan Sepanjang Masa

UNTUK menjadi tuan, politisi sebelumnya harus jadi pelayan. Demikian pesan politisi Prancis, Charles de Gaulle. Oleh: Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup -- NAH, nanti di tahun 2022 atau lebih masif lagi di tahun 2023, rakyat jangan heran jika akan muncul \\\'pelayan-pelayan\\\' berdasi dan berduit menawarkan atau menanyakan rakyat butuh apa, mau apa, dan bagaimana inginnya? Lalu, di tahun 2024 setelah hajat politik selesai, rakyat juga harus sadar jangan bandingkan antara ketika kandidat itu kampanye dengan ketika ia sudah terpilih. Karena jika itu yang dijadikan tolok ukur, maka semua Pilkada dan Pemilu itu mengecewakan. Yang penting nantinya, lihatlah kinerja sang calon terpilih itu, realistiskah tujuannya? Tapi, jangan dulu menuntut hasilnya. Karena semua butuh proses. Jika memang realistis, maka dukunglah. Jika tidak, kritiklah. \\\'\\\'Untung saya tidak ikut memilih, kalau saya ikut, berarti saya ikut berdosa...\\\'\\\' Kerap komentar seperti ini muncul begitu calon terpilih dinilai mengecewakan. Padahal, bisa jadi kalaulah yang berpandangan demikian ikut memilih, bukan calon itu yang keluar sebagai pemenang. Ingat, dalam setiap kampanye semua calon pasti menjanjikan yang indah-indah bahkan kadang tidak realistis. Cukuplah, jadikan soal realistis atau tidaknya ini yang dijadikan patokan dipilih atau tidak. Calon juga jangan menjanjikan yang muluk-muluk, karena kadang demi agar terpilih kerap pula menjanjikan yang tidak masuk diakal. *** INGATLAH, politisi itu dimana saja sama saja kelakuannya. Jangan heran kadang politisi itu rela menjanjikan rumah layak huni, padahal dia masih ngontrak. \\\'\\\'Mereka berjanji membangun jembatan bahkan di tempat yang tidak ada sungai\". Demikian ujar ~Nikita Khrushchev, Perdana Menteri Uni Soviet. Dengan situasi ini, maka ke depan rakyatlah yang harus bijak. Jangan sampai rakyat yang merasa sudah jenuh dengan janji-janji para politisi jadi tak bersemangat lagi berpartisipasi. Karena kadang karena rakyat yang meminta keinginannya terwujud terlalu cepat? Atau memang sang politisi terpilih yang ingkar janji? Keduanya harus direnungkan, dengan harapan agar rakyat juga tersadarkan bahwa sang politisi terpilih bukan Tuhan atau Malaikat yang dapat serta merta membawa keadaan ke arah yang lebih baik. Kandidat juga harus sadar bahwa apa yang telah ia janjikan ditunggu realisasinya. Bagaimana kedua sisi ini agar dapat bertemu? Ternyata sangat sederhana. Rakyat cukuplah meminta hal-hal yang sederhana yang penting tuntutan itu memang untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama. Sebaliknya, kandidat calon juga cukuplah menjanjikan hal-hal yang sederhana namun memang dibutuhkan dan bersentuhan langsung untuk kepentingan rakyat. Dan lagi-lagi semuanya sederhana, memang. Keadaan politik negeri ini masih berkutat \\\'sering tidak nyambungnya\\\' antara keinginan rakyat dan politisi. Kalau begitu, alangkah baiknya politisi siap menjadi pelayan, baik sebelum maupun sesudah terpilih. Apa mau? ***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: