Tentang \\\'Kita\\\' Risiko \\\'Kamu\\\'

Tentang \\\'Kita\\\' Risiko \\\'Kamu\\\'

DALAM politik, ketika berhasil itu adalah \\\'kita\\\'. Tapi ketika gagal, itu adalah \\\'kamu\\\'. Oleh: Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup -- KETIKA membahas soal antrian BBM yang tengah marak-maraknya di Pulau Bangka awal bulan lalu, melalui zoom metting yang dipimpin langsung oleh Gubernur Bangka Belitung (Babel) Erzaldi Roesman, dan diikuti langsung oleh Kapolda, Kajati, Danrem, General Manager Pertamina Sumbagsel dan Depo Pertamina Pangkalbalam, hingga Hiswana Migas dan para pemilik SPBU se-Pulau Bangka --termasuk penulis turut memantau zoom metting tersebut-- ada kalimat Kajati Babel, Daroe Tri Sadono yang cukup menghentak. Bahwa, Pertamina harus belajar banyak dari peristiwa ini. Alasan iklim, bukankah ada Prediksi BMKG yang dapat dijadikan acuan. Sebagai daerah kepulauan, perlakuan beda dengan daerah lain memang harus dilakukan oleh Pertamina. Tentu bukan perlakuan \\\'istimewa\\\', tapi perlakuan \\\'beda\\\'. \\\'\\\'Langkah kongkrit secepatnya harus dilakukan, agar persoalan ini tidak \\\'digoreng\\\' kemana-mana,\\\'\\\' tegas Daroe. Dan, dari hasil rapat itu, langkah kongkret benar-benar dilakukan. Saat rapat itu digelar, sebenarnya kapal tanker Pertamina sudah bersandar di Depo Pertamina Pangkalbalam, bahkan Pertamina sudah bergerak cepat malam itu juga. Namun karena situasi sudah panic buying, tetap perlu waktu untuk mengobatinya, dan harus disertai kebijakan para petinggi Babel untuk menekan antrian. Karena dalam situasi demikian, sebanyak apapun BBM tersedia, antrian tak akan bisa berkurang. Maklum panic, ditambah isu-isu hoax seputar BBM juga berseliweran. Dari hasil rapat itu, Gubernur mengambil kebijakan, \\\'banjiri BBM non subsidi di SPBU\\\', dan batasi pembelian. Kapolda akan menindak tegas para pengerit yang mengambil kesempatan dalam situasi kesusahan itu. Terbukti langkah itu efektif. Hanya menghitung hari, antrian berhasil diuraikan, dan kembali normal. *** APAKAH Gubernur dan para jajaran pimpinan daerah ini dinilai berhasil atas persoalan tersebut? Jawabnya: Tidak. Alasannya: Bukankah itu memang tanggungjawab Gubernur dan para petinggi daerah ini. Yah, sudahlah. Hal yang penting, tidak jadi dan belum sempat \\\'digoreng\\\', karena sudah keburu tuntas. Tapi, sekiranya antrian itu tetap terjadi, maka dapat ditebak bagaimana Gubernur akan terus disebut-sebut, entah apalah sebutannya. Itulah resiko berada di jabatan politik. *** DALAM politik, musuh-musuhmu tak bisa melukaimu, tapi teman-temanmu akan membunuhmu... Di politik, seorang kandidat bisa jadi terkaget-kaget begitu tahu bahwa orang yang selama ini ia kira sebagai teman ternyata terkuak berada di seberang jalan. Kelambanan dan keterlambatan tahu musuh dan teman yang sesungguhnya, adalah suatu kebodohan luar biasa. Untuk tidak mendapat cap sebagai politikus bodoh, maka seorang yang terjun dalam politik justru jangan terlalu cepat dalam mencari teman. Karena kadang musuh sesungguhnya adalah juga teman yang sebenarnya. Jangan pernah membanting pintu, siapa tahu kita harus pulang dan lewat pintu itu lagi. Ernest Hemingway berkata, orang memerlukan 2 tahun untuk berbicara, tetapi 50 tahun untuk belajar tutup mulut. Menjadi pemimpin apapun, apalagi pemimpin dalam jabatan politik, harus siap menerima untuk tak disukai ketika menjabat. Meski nanti akan disanjung ketika tak lagi duduk, kadang dirindukan ketika sudah tiada. Bukankah pesan orang-orang tua Melayu dulu: Ingin dimaki, menikahlah. Ingin dipuji, matilah. Kadang memang muncul perasaan tak diinginkan, tak dicintai, tidak diperhatikan, dilupakan orang, adalah derita kelaparan yang hebat, kemiskinan yang lebih besar daripada orang yang tak bisa makan. Begitulah memang. Ketika berhasil, adalah \\\'kita\\\', ketika gagal adalah \\\'kamu\\\'.***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: