Kasus Stunting di Babar Tertinggi, Fazar : Orang Tua Harus Pantau Perilaku Anak-anak
MUNTOK - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bangka Belitung (Babel) menyatakan stunting di Kabupaten Bangka Barat menjadi yang tertinggi se-Babel.
Hal tersebut diungkapkan Kepala BKKBN Provinsi Bangka Belitung, Fazar Supriadi Sentosa, usai acara pengukuhan Tim TPPS, di Ruang OR II, Setda Babar, Kamis (19/5).
\"Peringkat satu , pernikahan usia muda juga satu karena pernikahan usia muda itu mempengaruhi 20 persen dari stunting,\" ujar Fazar.
Bahkan menurutnya, setelah dilakukan penelitian lewat UBB 71 persen pernikahan dini di Bangka Barat berkontribusi.
\"Jadi 71 persen semuanya stunting dari 100 jadi banyak sekali pengaruh pernikahan usia muda 71 persen. Yang tinggi di Bangka Barat ini yang tingginya di Kecamatan Kelapa dan Simpang Teritip itu harus diturunkan,\" bebernya.
Diketahui, dari data Desa Lokus Intervensi Stunting Kabupaten Bangka Barat Tahun 2022 ada di Kecamatan Simpang Teritip yaitu, Desa Simpang Gong sebanyak 23 balita (jiwa), Desa Ibul sebanyak 59 balita (jiwa), Desa Peradong sebanyak 37 balita (jiwa), Desa Kundi sebanyak 78 balita (jiwa), Desa Simpang Tiga sebanyak 85 balita (jiwa), Desa Air Menduyung sebanyak 37 balita (jiwa), dan Desa Bukit Terak sebanyak 36 balita (jiwa), dan di Kecamatan Kelapa yaitu, Desa Dendang sebanyak 83 balita (jiwa), Desa Tugang sebanyak 60 balita (jiwa), Desa Tuik sebanyak 14 balita (jiwa), dan Desa Pangkal Beras sebanyak 46 balita (jiwa).
Fazar menuturkan penyebab stunting diantaranya berkaitan dengan pola asuh pada kasusnya catin perempuan kebanyakan berpendidikan rendah mulai dari tamatan sekolah dasar.
\"Pengetahuannya terbatas sebenarnya dia bisa menambah pengetahuannya melalui hape itukan banyak ilmu-ilmu buka paman google kan banyak tetapi kan tidak dilakukan yang dilakukannya yang lain-lain tiktok dan sebagainya lihat baju paling yang dilihatnya,\" terangnya.
Agar tidak meningkatnya lagi stunting di Bangka Barat, Fazar meminta kepada orang tua agar menyekolahkan anaknya dan memantau perilakunya.
\"Kepada orang tua, anak itu harus sekolah, karena rata-rata itu putus sekolah, kepedulian orang tua dalam pemantauan anaknya juga kurang, kalau dia bersekolah sampai keperguruan tinggi,\" pungkasnya. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: