HIKMAH DARI KDM

HIKMAH DARI KDM

Masmuni Mahatma--

Hikmah berkehidupan yang mirip dakwahnya Rasulullah Saw, para Sahabatnya, Wali Allah, dan ulama-ulama arif terdahulu.

BACA JUGA:Pemkab Bangka Bentuk Tim Terpadu pemantau SPPG

Tak berlebihan bila Sayyidina Ali, sepupu sekaligus sahabat utama Rasulullah Saw., mensinyalir bahwa kehidupan yang sesungguhnya, adalah bergerak dan berkarya dibaluri kemenangan atas egoisme, kekikiran, kecongkakan, kesombongan, ketamakan, kerakusan, serta nalar kemuliaan berbasis semangat etik ilahiah.

Untuk hidup sejalan dengan orientasi rahmat-surgaNya, tiap-tiap diri jangan sekali-kali mudah dikarantina oleh hawa nafsu dan perilaku destruktif dari dan demi kelangsung kehidupan kolektif.

Sebaliknya, jika masing-masing diri merasa hidup tapi senantiasa dieksploitasi egosime, dikooptasi kebakhilan, diintervensi keserakahan, sesunguhnya yang demikian adalah kematian yang merugikan. 

BACA JUGA:Sampaikan Aspirasi Lebih Mudah, PT Timah Tbk Hadirkan Layanan Informasi dan Aspirasi untuk Masyarakat

Lebih jauh Sayyidina Ali menegaskan, seperti dikutip Murtadha Muthahhari (1996 : 64), dunia hanya tempat persinggahan.

Tak ada seorang pun yang pasti menetap selamanya. Manusia yang datang dan pergi ke pasar dunia ini, tegas Sayyidina Ali, terbagi pada dua kategori.

Pertama ialah mereka yang terus menerus menjual diri dan menjadikan dirinya terbelenggu oleh egoisme, keburukan, keserakahan, dan kepicikan-materialistik.

Kedua, pribadi yang membeli dirinya di pasar dunia ini, namun bersungguh dan optimistik mengoptimalisasi dirinya selaku ahli kebajikan, senang berbagi dan memberikan solusi berkehidupan, tidak congkak dan tidak pula angkuh, serta menjaga stabilitas otoritas maupun kemerdekaan dirinya sepenuh jiwa.

BACA JUGA:Bersama PPS Alobi, PT Timah Tbk Rawat dan Kembalikan Satwa ke Alam Bebas

KDM jelas bukan Sayyidina Ali.

KDM tetap KDM, birokrat praktis berkarakter etik, tulus mengawal komitmen kultural dan spiritual leluhur Sunda.

Ia “fenomena millenial” sederhana tapi bersahaja.

Namun untuk konsisten sebagai pribadi surgawi, KDM tidak boleh setengah hati memompa, “menyakolahkan,” dan memparfumi dirinya dengan esensialitas humanistik-universalistik.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait