“Kebutuhan alat bantu bagi siswa tunanetra memang menjadi salah satu prioritas penting dalam pendidikan inklusif.
Perguruan tinggi memiliki peluang besar untuk berkontribusi melalui riset dan inovasi teknologi yang dapat menghasilkan alat bantu dengan biaya lebih terjangkau, namun tetap fungsional," katanya.
BACA JUGA:ABG Mentok Simpan Puluhan Paket Sabu dan Ratusan Butir Ekstasi
Pihak UBB atas inovasi alat bantu berjalan ergonomi ingin tak hanya berkontribusi dalam pengembangan teknologi tepat guna, tetapi juga menguatkan komitmen untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif. Inovasi alat bantu berjalan ergonomis dipimpin Jeri Ariksa, S.Pd., M.T., selaku ketua pelaksana pengabdian yang juga dosen UBB.
Menurut Jeri Ariksa, kolaborasi antara perguruan tinggi dan sekolah sangat penting untuk menghadirkan solusi nyata bagi kebutuhan peserta didik, khususnya dalam mendukung kemandirian anak berkebutuhan khusus melalui inovasi alat bantu berjalan ergonomis.
Kegiatan pengabdian ini juga didukung oleh para dosen lainnya, Ir. Yudi Setiawan, ST., M.Eng; Ir. Rodiawan, S.T., M.Eng.Prac., Ph.D; Fitri Sil Valen, M.P; Winda Wahyuni, SP., M.Si; dan Harianto, M.Pd.
BACA JUGA:5 Ribu Orang Padati “BRI Taipei Teman Seperjuangan PMI”, Sambut Mitra Finansial Tanah Air di Taiwan
"Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti disini saja, tetapi menjadi langkah awal bagi gerakan bersama dalam mendukung sekolah-sekolah di Bangka Belitung agar semakin inklusif, ramah bagi anak berkebutuhan khusus. Mampu menyediakan fasilitas yang
menunjang kemandirian siswa melalui berbagai kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh dosen UBB kedepannya," terang Jeri Ariksa.
Dosen Yudi Setiawan, menambahkan kegiatan ini juga menjadi kesempatan bagi tim dosen untuk memahami lebih dekat kebutuhan nyata di SLBN Sungailiat.
BACA JUGA:iQOO Luncurkan Z10 Turbo+, Pakai Dimensity 9400+, Baterai 8000 mAh
Ia menilai selain alat bantu berjalan, sekolah masih memerlukan berbagai dukungan seperti sarana pembelajaran yang lebih adaptif, fasilitas terapi fisik, serta pelatihan bagi guru dan orang tua dalam mendampingi siswa berkebutuhan khusus lainnya.
Pihaknya juga sekaligus mengadakan pemetaan untuk kebutuhan yang tepat, agar kolaborasi antara perguruan tinggi dan sekolah di masa mendatang dapat dirancang lebih efektif dan sesuai prioritas.
Agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh siswa berkebutuhan khusus secara umum, tidak hanya siswa tunadaksa saja.
"Akan tetapi bisa membantu siswa berkebutuhan khusus lainnya sesuai kebutuhan SLB," kata Yudi Setiawan.