BACA JUGA:Peringati Hari Pengayoman, Menkumham Tekankan Pentingnya Kesadaran Hukum di Masyarakat
Selain bonus, anggaran terbesar digunakan untuk kebutuhan pelatihan atlet, yang mencapai Rp6,5 miliar.
Dana ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pembelian peralatan latihan, kebutuhan bulanan, hingga persiapan pertandingan.
“Pelatihan adalah kunci untuk mencapai target medali, dan kami tidak ragu untuk mengalokasikan sebagian besar anggaran untuk kebutuhan ini,” kata Ricky.
BACA JUGA:Bawaslu Pangkalpinang Gelar Bimtek Penanganan Pelanggaran dan Penyelesaian Sengketa Pilkada 2024
Namun, salah satu tantangan terbesar dalam penggunaan anggaran adalah biaya kontribusi yang harus dibayarkan oleh kontingen Babel.
Berbeda dengan PON Papua sebelumnya, dimana akomodasi, transportasi, dan konsumsi ditanggung oleh tuan rumah.
Di PON Aceh-Sumut, KONI Babel harus menanggung sebagian besar biaya tersebut.
BACA JUGA:Bawaslu Pangkalpinang Gelar Bimtek Penanganan Pelanggaran dan Penyelesaian Sengketa Pilkada 2024
"Biaya kontribusi ini mencapai Rp46 miliar, yang mencakup akomodasi, transportasi, dan konsumsi untuk para atlet.
Biaya kontribusi di Aceh dan Sumut berbeda.
Di Aceh, setiap atlet diwajibkan membayar Rp800.000 per orang per hari, namun tuan rumah memberikan subsidi hingga 50 persen sehingga biaya yang harus ditanggung menjadi Rp400.000 per orang per hari.
Sementara di Sumut, biaya kontribusi adalah Rp900.000 per orang per hari dengan subsidi 50 persen menjadi Rp450.000 per orang per hari.
BACA JUGA:MENYALA!! Merdeka Bersama AHASS Honda Babel Cabang Asia Surya Perkasa Toboali
Selain itu, Ricky juga menegaskan bahwa biaya kontribusi ini tidak hanya mencakup akomodasi hotel dan transportasi, tetapi juga konsumsi atlet dengan kalori yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Hal ini penting untuk memastikan bahwa para atlet mendapatkan nutrisi yang tepat untuk mendukung performa mereka selama bertanding," imbuhnya