Tantangan Mencapai Kemiskinan Ekstrem Nol Persen

Selasa 23-07-2024,10:45 WIB
Reporter : Lili Retnosari
Editor : Jal

Pencapaian ini bisa dibilang cukup besar dalam kurun waktu satu tahun. Jika pada tahun 2024 dapat berkurang sebesar itu juga, maka persentase penduduk miskin ekstrem pada 2024 tersisa sekitar 0,2 persen. Hanya saja, untuk mencapainya, tentu diperlukan upaya berkesinambungan.

Untuk mengatasi kemiskinan ekstrem, tentunya banyak tantangan yang harus dihadapi. Tidak hanya melulu soal ekonomi yang harus tercukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar, namun banyak faktor yang pada akhirnya juga berpengaruh pada kemiskinan ekstrem itu sendiri. Faktor lingkungan, misalnya, adanya perubahan iklim yang diperkirakan akan meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan guncangan alam, secara tidak langsung dapat menjebak rumah tangga miskin ekstrem dalam siklus kemiskinan yang semakin parah.

Selain itu, ketergantungan para penduduk miskin ekstrem pada sektor pertanian juga masih menjadi permasalahan. Pasalnya, sektor ini seringkali tidak cukup produktif untuk mendukung upaya keluar dari kemiskinan. Padahal, BPS mencatat, sebesar 58,4 persen kepala rumah tangga miskin ekstrem bekerja di sektor pertanian.

Ya, mereka tidak menganggur, mereka bekerja, namun upah yang mereka dapatkan sangat sulit untuk melepaskan mereka dari kemiskinan. Bisa dibayangkan, jika saja sektor pertanian mampu memberikan kesejahteraan lebih, tentu akan lebih mudah bagi mereka untuk meningkatkan taraf hidup dan perlahan bisa lepas dari status miskin ekstrem.

BACA JUGA:Penanganan dini kusta pada anak

BACA JUGA:Memangkas stunting lewat tradisi

Tantangan lain, seperti kondisi geopolitik global yang tidak menentu, juga berpengaruh pada kemiskinan. Hal ini karena berbagai konflik yang terjadi di dunia, biasanya akan mempengaruhi kenaikan harga pangan, dan pada akhirnya semakin menyulitkan para penduduk miskin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Para penduduk miskin ekstrem harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli kebutuhan pangan mereka.

Untuk menghadapi berbagai tantangan ini, ada beberapa langkah yang bisa diambil, yang mungkin berdampak panjang. Pertama, peningkatan akses terhadap pendidikan dan pelatihan vokasi bagi penduduk miskin ekstrem harus diprioritaskan. Dengan keterampilan yang lebih baik, mereka dapat mengakses pekerjaan yang lebih produktif dan memiliki potensi penghasilan yang lebih tinggi.

Kedua, memperkuat sektor pertanian dengan inovasi teknologi dan praktik pertanian yang lebih efisien. Pemerintah perlu menyediakan akses terhadap teknologi pertanian modern, pupuk berkualitas, dan penyuluhan yang intensif agar petani dapat meningkatkan hasil panen mereka. Selain itu, perlu juga didorong diversifikasi usaha di sektor pertanian agar pendapatan petani tidak hanya bergantung pada satu komoditas saja.

Ketiga, memperluas jaring pengaman sosial, seperti program bantuan langsung tunai (BLT), program keluarga harapan (PKH), dan program bantuan pangan nontunai (BPNT). Program-program ini harus menjangkau seluruh penduduk miskin ekstrem dengan lebih tepat sasaran dan efektif. Penyaluran bantuan juga harus diawasi secara ketat agar tidak terjadi penyelewengan.

BACA JUGA:Budaya Tempe diajukan sebagai warisan budaya tak benda UNESCO

BACA JUGA:Pemutusan akses konten radikalisme

Keempat, mendorong investasi di daerah perdesaan dan terpencil. Pembangunan infrastruktur yang memadai, seperti jalan, listrik, dan akses internet dapat membuka peluang ekonomi baru dan menarik investasi. Dengan adanya investasi, lapangan pekerjaan akan tercipta, dan penduduk setempat bisa memiliki sumber pendapatan yang lebih stabil.

Kelima, memanfaatkan potensi ekonomi digital. E-commerce dan platform digital lainnya bisa menjadi sarana bagi penduduk miskin ekstrem untuk memasarkan produk mereka secara lebih luas dan efisien. Pemerintah bisa membantu dengan memberikan pelatihan digital dan menyediakan infrastruktur internet yang memadai di daerah-daerah terpencil.

Selain langkah-langkah tersebut, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat penting. Semua pihak harus berperan aktif dalam upaya penghapusan kemiskinan ekstrem. Sektor swasta bisa berkontribusi melalui program corporate social responsibility (CSR) yang tepat sasaran, sementara masyarakat dapat terlibat dalam pemberdayaan komunitas dan pengawasan program-program pemerintah.

Mengupayakan kemiskinan ekstrem hingga nol persen tentu tidak mudah, dan sangat sulit untuk benar-benar hilang. Hal ini karena kemiskinan sendiri merupakan masalah yang multidimensional. Kebijakan yang diambil harus menyeluruh. Jangan sampai hanya fokus pada orang yang benar-benar miskin ekstrem, namun juga perlu diperhatikan yang rentan miskin ekstrem. Jangan sampai penduduk yang rentan miskin ekstrem ini juga jatuh ke miskin ekstrem di kemudian hari.

Kategori :