SATU fakta yang tak terbantahkan menurut Sejaharwan Babel, Dato’ Akhmad Elvian, DPMP, kekayaan Timah di Pulau Bangka itu memang sangat besar. Bahkan Belanda sendiri sudah mengeruk 981.982 Ton timah. Berarti, alam Babel memang sudah mulai luluhlantak sejak zaman penjajahan.
---------------
BAHKAN, Pada masa pulau Bangka di bawah kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam, Timah menjadi sumber kekayaan kesultanan di samping hasil dari Lada dan sultan Palembang dalam beberapa catatan sejarah disebutkan sebagai salah satu sultan yang kaya di dunia.
''Pada masa Hindia Belanda Timah merupakan sumber kekayaan. Menurut Pemerintah Hindia Belanda, hal utama di Bangka adalah eksplorasi penambangan Timah, apapun yang dapat menghalangi itu, dienyahkan (Residen Bangka, 1849, ANRI Bangka-3B General Report 1849), akibatnya usaha-usaha perkebunan, pertanian, perikanan, hasil-hasil hutan, kekriyaan, bahkan kesenian tidak berkembang di Bangka,'' tegas Akhmad Elvian kepada BABELPOS.ID.-
BACA JUGA:Sandra Dewi Belum Boleh Jenguk Suami, Sempat Bilang Suami Suka 'Beramal'
Semboyan Pemerintah Hindia Belanda di Bangka sejak Tahun 1817 Masehi adalah: “Zuinig”, “Zuinig: “lebih ekonomis dan lebih banyak Timah” (Kat Angelino, 1919).
Komoditas Timah pada pertengahan abad ke 19 merupakan komoditas ekspor terbesar Ketiga setelah Kopi dan Gula yang memberikan keuntungan bagi Pemerintah Hindia Belanda. Timah Bangka telah menjadi tambang Emas: di Tahun 1926, sumber BTW memperkirakan Bangka mendatangkan keuntungan kasar f 400 juta dalam Sembilanpuluh tahun pertama (1820-1910) dan f 350 juta dalam Limabelas tahun berikutnya (1911-25) (Heidhues, 1992:128,129).
Dikatakan, dapat diperkirakan jumlah Timah yang dihasilkan Pemerintah Hindia Belanda dari pulau Bangka yang diperoleh dari olahan berbagai sumber dan data. Sejak Tahun 1810 sampai Tahun 1819 Masehi, rata-rata produksi Timah pertahun sebesar 20.000 pikul atau total produksi sebesar sekitar 200.000 pikul, kemudian produksi Timah antara Tahun 1820 sampai Tahun 1829 rata-rata setahun sebesar 25.000 pikul atau total produksi sebesar 250.000 pikul, selanjutnya antara Tahun 1830 sampai Tahun 1839 rata-rata produksi Timah pertahun sebesar 60.000 pikul atau total produksi sebesar 600.000 pikul, selanjutnya antara Tahun 1840 sampai Tahun 1850 produksi Timah rata-rata pertahun sebesar 65.000 pikul atau total produksi sebesar 750.000 pikul.
BACA JUGA:Suami Sandra Dewi Tersangka Tipikor Timah, Warganet Sasar 'Kamar' Dewi Sandra
''Produksi Timah dari pulau Bangka terus meningkat antara Tahun 1852 hingga Tahun 1913 dan telah diproduksi Timah dari pulau Bangka sejumlah 7.186.605 pikul dan dari Tahun 1914 hingga Tahun 1941 telah diproduksi Timah sebesar 7.379.765 pikul. Jadi total selama kekuasaan Hindia Belanda di pulau Bangka telah dikeruk kekayaan Timah sebesar sekitar 16.366.370 pikul atau 981.982.200 kilogram atau 981.982 ton Timah,'' tegasnya.***