Kondisi proyek saat ini dikatakan sumber lebih parah lagi. Dimana mesin-mesinya terutama pada washing plant itu kini telah raib entah kemana. “Karena memang pada dasarnya mesinya serta pengadaanya bermasalah semua. Lalu mesin-mesinya diangkut entah kemana itu semua,” sebutnya.
BACA JUGA:Mendebarkan? Mantan Dirut Timah Riza Pahlevi, Bersaksi di Kejagung dan Kejati
Bocoran yang harian ini peroleh keberadaan bagian-bagian (mesin.red) itu sampai dicomot sana-sini. Ada yang dibuang di Belitung, Belinyu hingga Muntok. Singkat cerita proyek CSD Tanjung Gunung itu juga kini tidak lagi beroperasi apapun.
Bahkan wartawan Babel Pos mendapat bisikan dari seorang sumber kalau modus-modus dan permainan busuk di bagian logistik seperti ini sudah lama dan berulang-ulang terjadi di perusahaan plat merah itu.
"Sebetulnya pengadaan dengan modus-modus assembling ini tak boleh terjadi mestinya harus built-up lewat lelang karena harga mesin pertambangan itu di atas Rp 500 juta. Tapi karena ada niat tak baiknya pengadaanya dibuat assembling saja atau beli yang perbagian lalu dirakit sendiri," ungkapnya.
"Pembelian bagian-bagian mesin itu -untuk dirakit sendiri- sudah ada pihak langganan khususnya. Jadi bagian logistik itu tinggal pesan saja dan rutin itu," sebut sumber yang meminta agar identitasnya dirahasiakan.***