Kawanku Bercerita Tentang Kawan Temannya

Senin 06-11-2023,00:00 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

ENTAHLAH, tiba-tiba dengan muka sembab mata memerah kawanku itu datang.  Kutanya, apa maunya, dia cuma jawab, mau bercerita tentang kawan temannya.

Oleh: Syahril Sahidir

CEO Babel Pos Grup

''RAKYAT negeri ini dulu sangat sensitif,'' ujar kawanku itu memulai ceritanya.  

Dulu setiap kali ada yang menjelek-jelekkan atau menyerang sang Junjungan, maka rame-rame menyatakan itu Junjungan adalah lambang negara yang tidak boleh dihina-hina, diejek-ejek sembarangan.  

''Itu bisa kena pasal penghinaan lambang negara yang hukumannya tidak main-main lho,'' ujar sang pembela Junjungan dengan mulut berbuih penuh semangat.  Begitu dulu.

Akhirnya, jadilah sang Junjungan tidak ada yang berani mengkritik, maklum sudah jadi lambang negara.  

BACA JUGA:Sehatkah Kita?

''Terus yang kamu sedihkan apa?'' ujarku belum mengerti alur cerita kawanku yang mau bercerita tentang kawan temannya itu.

Berceritalah kawanku itu tentang cerita kawan temannya tadi.  Ia katakan, kawannya itu bercerita bahwa kawan temannya yang tadi dikatakan lambang negara ternyata sudah menyiapkan Putra Mahkota untuk menjadi lambang negara juga.  Karena sang Junjungan habis masa dan tak boleh bertambah masa lagi.

Ia katakan, sebenarnya sang Putra Mahkota belum layak sesuai aturan yang ada.  Tapi karena aturan yang ada bisa dirubah mengingat semua masuk dalam jaringan Junjungan, maka aturan lah yang berubah menyesuaikan kebutuhan untuk mengangkat putra mahkota tadi.

BACA JUGA:Megawati Negarawan Sejati

Dan kini, putra mahkota bisa masuk sebagai calon lambang negara.

''Terus yang kamu sedihkan apa?''

Rakyat negeri ini katanya sudah tidak sentitif lagi.  Gara-gara soal putra mahkota itu, sang Junjungan yang dulunya dibela bela, kini malah dibiarkan dihujat-hujat, diejek setiap hari, dikritik, bahkan di Medsos itu miris kita setiap melihatnya.  

Kategori :

Terkait

Kamis 25-07-2024,09:03 WIB

POLITISI LELUCON, KOMEDIAN POLITISI