''Kawasan Nai Si Puk atau kawasan kampung Bintang awalnya berbatasan sebelah Utara dengan jalan ke sekolah HCS (Hollandsch Chineesche School: sekarang SMP Negeri 1 Pangkalpinang, sebelah Barat berbatasan dengan kawasan kampung Paritlalang, sebelah Timur berbatasan dengan kawasan kampung Gudang Padi dan sebelah Selatan berbatasan dengan kampung Betur (Kelekak Betur) dan kampung Besi. Nama geografi Nai Si Puk atau kampung Bintang diberikan masyarakat Bangka berdasarkan potensi yang ada di lingkungannya dari sudut pandang filosofi, sejarah, budaya, dan tatanan sosial, dengan kata lain, nama geografi kampung Bintang atau Nai Si Puk bukan hanya sekedar nama, tetapi di belakang nama tersebut ada sejarah yang panjang dari pemukiman manusia,'' urai Akmah Elvian lagi.
Nama sebuah tempat dapat menyimpan berbagai fenomena pada zaman tertentu, aktivitas masyarakat saat nama itu dibentuk, termasuk juga konteks ekonomi, politik dan sosial budaya yang terjadi saat itu. Tujuan memberi nama pada unsur geografi tempat adalah untuk identifikasi atau acuan dan sebagai sarana komunikasi antar sesama manusia. Dengan demikian nama-nama unsur geografi sangat terkait dengan sejarah pemukiman dan peradaban manusia.
BACA JUGA:Pembentukan Pangkalpinang (Bagian Dua)
Masyarakat Bangka adalah salah satu contoh smelt port society yaitu masyarakat yang beragam identitas kemudian membaur menjadi satu komunitas yang berhasil menata persinggungan antar budaya baik dalam bentuk pergeseran budaya (shift), persengketaan budaya conflict) maupun perbenturan budaya (clash) yang melahirkan sikap penentangan atau rejection. Penataan persinggungan antar budaya dilakukan secara arif oleh masyarakat Bangka, agar mereka kemudian dapat hidup secara serasi dan selaras atau harmonis dalam menghadapi berbagai dinamika perubahan yang begitu cepat terjadi di lingkungannya.
BACA JUGA:Pembentukan Pangkalpinang (Bagian Tiga)
Wujud dari pluralistik masyarakat Bangka tampak pada penanda atau ciri-ciri fisik. Ciri-ciri tersebut kemudian sebagian tertinggal sebagai data arkeologi, sejarah, arsitektur, dan sebagian lain yang lebih besar jumlahnya musnah oleh faktor alam dan faktor manusia. Data-data tersebut dapat berupa artefak dalam berbagai bentuk bangunan (living monument) dan tata ruang, sedangkan data non artefak yang ditinggalkan berupa bahasa, tradisi, adat istiadat, seni budaya dan nama tempat (place name) atau toponim.
''Salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Bangka saat ini adalah dengan tetap mempertahankan atau menggunakan nama satu tempat berdasarkan sejarah pembentukannya seperti penamaan kampung Nai Si Puk atau kampung Bintang yang ada di Pangkalpinang,'' tutup Akhmad Elvian.***