KANTOOR BURGERLIJKE OPENBARE WERKEN (BOW)

Senin 04-09-2023,22:16 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

Oleh: Dato’ Akhmad Elvian, DPMP

Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung

Penerima Anugerah Kebudayaan

 

DALAM Peta Belanda Res. Bangka en Onderh. Opgenomen door den Topografischen dienst in 1928-1929, Blad 34/XXVd, KK 083-04-01/085-04-10_087- 05978–086, pada bagian Legenda Peta Toelichtingen atau pada penjelasan, terdapat keterangan bangunan Nomor 16 dengan keterangan sebagai Kantoor BOW. 

-------------

DALAM Inventaris Arsip Departement Van Burgerlijke Openbare Werken Verbaal, Agenda, Rubrieken 1855-1933 (Nomor 7966-10232) yang diterbitkan oleh Direktorat Pengolahan Deputi Bidang Konservasi Arsip Arsip Nasional Republik Indonesia,  Jakarta Tahun 2015 dinyatakan bahwa BOW atau Departement van Burgerlijke Openbare Werken (Departement van BOW) adalah yang saat ini dikenal dengan sebutan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Departement BOW, pada awalnya adalah sebuah biro bernama Bureau van Openbare Werken (Biro Pekerjaan Umum) yang ditetapkan berdasarkan Koninklijk Besluit (Keputusan Kerajaan Belanda) tanggal 4 November 1854 (tercantum dalam Staatsblad (Lembaran Negara) tahun 1854 No. 100).

BACA JUGA:Perkembangan Wilayah Pangkalpinang (Bagian Satu)

Selanjutnya berdasarkan Koninklijk Besluit tanggal 21 September 1866 (tercantum dalam Staatsblad tahun 1866 No. 127) dibentuklah Departement van Burgerlijke Openbare Werken (Dept. van BOW), bersama-sama dengan Departement van Algemeen Bestuur (Departemen Pemerintahan Umum) dan Departement van Onderwijs, Eeredienst en Nijverheid (Departemen Pendidikan, Agama, dan Industri).

BACA JUGA:Perkembangan Wilayah Pangkalpinang (Bagian Dua)

Kantor BOW Residen Bangka, bila kita telisik pada peta Belanda di atas lokasinya  berada pada Kampung Opas dengan batas batas wilayah yaitu pada sisi Timur adalah Jalan beraspal (Verharde weg) sekarang bernama Jalan Sudirman, Pada sisi Barat adalah Jalur Trem atau Kereta Api mini yang terhubung sampai ke Kantor BTW dan Smelcentraat di Pelabuhan Pangkalbalam dan pada sisi Utaranya juga terdapat jalur Trem yang mungkin berfungsi untuk pengangkutan garam ke Gudang Garam (Zoutpakhuis) yang terletak pada bagian utaranya, serta pada bagian Selatannya Kantor BOW merupakan Kampung lama yaitu kampung Djawa. Sayangnya Bangunan Kantor BOW zaman Belanda tersebut ketika Bangka Belitung menjadi provisi dan beberapa bangunan tersebut kemudian dipindahtangan kepemilikannya menjadi aset provinsi Kepulauan Bangka Belitung kemudian selanjutnya dipindahtangan lagi ke Bank Sumsel Babel dan pada lokasi bekas kantor BOW saat ini telah menjadi Kantor Bank Sumsel Babel Pangkalpinang, dengan cara merobohkan bangunan lama dan menggantinya dengan bangunan baru bertingkat. Untungnya masih ada sisa satu bagian bekas kantor BOW yang bangunannya masih utuh karena pernah dijadikan sebagai kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Pangkalpinang dan saat ini dimanfaatkan sebagai Café. Bangunan yang tersisa tersebut menjadi kantor PDAM karena pada Departement van Burgerlijke Openbare Werken (BOW) terdapat bagian yang menangani Algemeene dienst atau Pelayanan umum yang meliputi (a). technische afdeling (departemen teknis), (b). irrigatie-brigade (brigade irigasi), (c). Waterstaatsambtenaren toegevoegd aan de chefs der waterstaatsafdelingen, (Pejabat pengelolaan air ditambah kepala departemen pengelolaan air, dan (d). Waterstaatsafdelingen atau departemen pengelolaan air.

BACA JUGA:Kampung Dul dan Abdullah Djalil

Untuk pengelolaan air minum di distrik Pangkalpinang sebagai ibukota keresidenan Bangka dilakukan pembangunan  fasilitas untuk instalasi air minum atau pipa air (Waterleiding) di Gunung Mangkoel oleh Pemerintah Hindia Belanda pada Tahun 1927 masa J.E. Edie yang menjabat sebagai Residen Bangka dari tanggal 17 Mei 1925 sampai dengan pensiun pada Tanggal 3 Mei 1928. Perencanaan pembangunan untuk instalasi air minum atau pipa air (Waterleiding) sudah dilaksanakan sejak residen Bangka pertama yang berkedudukan di Pangkalpinang A.J.N. Engelenberg (memerintah pada tahun 1913-1918 Masehi) dan oleh beberapa residen lainnya yaitu Residen Doornik, W (memerintah pada tahun 1918-1923) dan Residen Fraser, JJ (memerintah pada tahun 1923-1925). Permasalahan utama belum dibangunnya fasilitas Waterleiding karena belum didapatkan sumber air baku yang baik dan memenuhi syarat untuk air minum. 

BACA JUGA:Ngembaruk

Pada masa Residen J.E. Edie diperintahkanlah kepada Demang ter beschikking (Demang Pembantu Residen), Raden Achmad untuk mencari sumber air baku. Pada tahap awal pencarian untuk sumber air baku air minum didapat Tiga lokasi alternatif yaitu di Gunung Doel, di Sungai Nyelanding dan di Gunung Mangkoel. Sumber air baku di Gunung Doel sangat bagus akan tetapi ternyata debit atau volume airnya sangat sedikit untuk melayani penduduk distrik Pangkalpinang pada waktu itu, sedangkan Sungai Nyelanding tingkat kekeruhan airnya sangat tinggi atau kurang jernih dan bersih serta tidak cocok untuk dijadikan sumber air minum, sehingga dipilihlah alternatif yang ketiga yaitu sumber air yang berada di Gunung Mangkoel atas saran seorang ahli air bernama Bas van Hout. Menurut keterangan kepala Kampung Terak, air ini turunnya dari Gunung Mangkoel. Kemudian dibuatlah jalan kecil menyusur di pinggir sungai itu ke hulu supaya mudah memeriksa sumber air di hulunya. Setelah diperiksa dan diukur oleh ahli air, Bas van Hout ditetapkanlah sumber air Gunung Mangkoel sebagai sumber air minum Distrik Pangkalpinang. Akan tetapi kemudian Residen J.E. Edie memasuki masa pensiun sehingga pembangunan fasilitas air minum atau pipa air (Waterleiding) untuk Kota Pangkalpinang, dilanjutkan pada masa Residen Hooyer, DG yang menjadi Residen Bangka pada Tahun 1928-1931 Masehi. 

Kategori :