UDIN kecil mendadak muncul lagi. Bujang yang melihat kedatangan Udin ke Poskonya kontan kesal. Namun tidak mungkin diusir.
''Udin, ngapain kamu di sini terus,'' ujar Bujang mulai kesal.
''Lho, Om Bujang usir juga aku nggak kan pergi. Selaku penggemar Oom, boleh dong aku di sini,'' ujar Udin sekenanya.
Mereka tak berani bicara Pilkarete, takut Udin mendengar, dan itu bisa jadi bahan Udin ke lawan politik sekaligus jadi modus Udin mencari uang jajan.
Merasa kehabisan akal, akhirnya trio kwek-kwek, Ipank, Odoy, dan Bujang sepakat pergi meninggalkan Posko.
Dengan harapan, sekembalinya nanti, Udin sudah tidak ada lagi. Pasti nggak betah lah di posko sendirian.
Dasar Udin si anak nakal. Begitu ketiganya pergi, dia malah masuk ke rumah Bujang, menemui Wak Ijak Emak Bujang.
''Ngapain Din?'' ujar Wak Ijak.
''Kelewatan bener Om Bujang, Nek. Aku ditinggalin sendiri di Posko. Mereka enak-enakan minum kopi di Warkop Pak Gareng,'' Udin mengadu.
''Yah udah. sekarang Udin mau apa?'' ujar Wak Ijah tanpa menoleh seraya tetap main Hp.
''Mau makan la Nek. uang jajan nggak dtinggal pula oleh Om Bujang,'' ujar Udin berdalih.
''Ya, udah, ini duit Rp 10 ribu, jajan sana?'' ujar wak Ijak ke Udin.
Bagaimana pun Udin masih terhitung cucunya juga. Karena Wak Ijah dengan Neneknya si Udin masih saudara sepupu. Maklum, sekampung pula.
Tak berapa lama, trio kwek-kwek pun pulang ke posko. Tentu dengan harapan Udin sudah pergi.
Begitu sampai di posko, yang mereka lihat Udin justru tengah tidur-tiduran santai, seperti kekenyangan.