"Betul CCTV kami rusak. Ketika itu kejadiannya kebetulan mereka berdua yang bermain didepan, yang satu itu jajan es di depan yang korban ini ada didepan pagar, mereka tidak satu kelas," jelasnya.
Mengenai peristiwa ini, dirinya menyatakan telah berusaha untuk mediasi dan menjelaskan apa yang terjadi sesuai informasi kepada orang tua korban.
"Kita sejauh ini berusaha untuk bermediasi artinya kita jelasin apa yang terjadi sesuai yang kita ketahui menurut menurut informasi dari anak - anak atau juga orang yang kita perkiraan tahu," tuturnya.
"Tapi nampaknya pihak keluarga tidak puas dengan keterangan yang kami berikan, merasa bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh sekolah sedangkan kami memberikan informasi yang sejelas - jelasnya sesuai apa yang kami dapatkan informasinya," sambungnya.
Terkait laporan orang tua korban melalui unit PPA Sat Reskrim Polres Bangka Barat, dirinya akan mengikuti jalannya proses itu.
"Kita berupaya untuk mediasi tapi nampaknya ini sudah berproses kepolisian akan kita ikuti," ucapanya.
Atas kejadian yang terjadi sekolah itu, Arif juga mengakui keteledoran dari pihaknya dalam pengawasan anak, lantaran overload jumlah siswa. Ia berharap Dinas Pendidikan menambah tenaga guru, dan tenaga pendidikan.
"Kamik sekarang ini 83 siswa, tiga jenjang SD, SMP, SMA. Jadi satu guru itu memangku 9 hingga 11 anak sedangkan semestinya 5 siswa jadi ini sudah overload. Kita harapkan dukungan dari pihak-pihak terkait dinas pendidikan supaya menambah di Sekolah kami tenaga guru, dan tenaga pendidikan nya, kami sangat banyak kekurangan gurunya termasuk tenaga kependidikan," paparnya.
Terpisah itu, Kanit PPA Satreskrim Polres Babar Ipda Riki Abprizon membenarkan adanya dugaan tindak pidana penganiayaan terhadap pelajar di salah satu SLB di Negeri Sejiran Setason ini. Dirinya juga membenarkan bahwa keluarga korban telah membuat laporan ke Unit PPA Satreskrim Polres Babar.
"Sudah kami terima laporannya, saat ini kami masih lidik, yang melapor orang tua korban pekan lalu. Karena CCTV di sekolah itu rusak jadi belum tahu siapa pelakunya," ujar Ipda Riki Abprizon.