BABELPOS.ID - Anggapan bahwa makanan manis tidak baik untuk kesehatan membuat produsen makanan menghadirkan produk menggunakan bahan alternatif gula untuk memberikan rasam manis tanpa menambah karbohidrat dan kalori.
Namun ternyata, laporan dari organisasi kesehatan dunia (WHO) baru-baru ini memperingatkan untuk tidak menggunakan pemanis buatan.
WHO mengindikasikan pemanis buatan tidak boleh digunakan untuk mengontrol berat badan atau mengurangi risiko penyakit tidak menular, seperti disiarkan laman Popsugar belum lama ini.
Konsumsi pemanis buatan yang berkelanjutan dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, bahkan kematian pada orang dewasa.
Meski demikian, pemanis buatan umumnya diakui aman oleh Food and Drug Administration AS sehingga risiko masalah kesehatan yang serius cukup rendah, kata Stephanie Wells, MS, RD, seorang ahli diet dan pendiri Thyme to Go Vegan Nutrition Service.
Jadi, apakah pemanis buatan benar-benar memiliki risiko yang buruk bagi kesehatan Anda?
Ahli diet dan pendiri The Intuitive Nutritionist Jenn Baswick, RD, mengatakan efek samping dari mengonsumsi pemanis buatan sebenarnya tidak umum terjadi. Namun, beberapa orang mungkin lebih sensitif terhadap bahan tersebut dan mengalami sakit kepala atau suasana hati yang memburuk setelah mengonsumsi aspartam.
"Yang lain melaporkan gangguan pencernaan seperti sembelit dan kembung setelah mengonsumsi makanan dengan pemanis buatan tertentu, tetapi, tidak dapat disimpulkan apakah efek samping ini sebenarnya disebabkan oleh pemanis buatan itu sendiri," kata Baswick.
Dia juga mengatakan bahwa potensi risiko kesehatan dari pemanis buatan masih diperlukan banyak penelitian.
"Beberapa penelitian menunjukkan hubungan potensial antara pemanis buatan tertentu dan kondisi seperti gangguan metabolisme, risiko kanker, atau perubahan mikrobiota usus," kata Baswick.
Asupan sakarin dan sukralosa, kata Baswick, berkaitan dengan respons glukosa darah yang ebih tinggi dan perubahan fungsi mikrobioma usus pada orang dewasa.
Studi lain menemukan bahwa konsumsi pemanis buatan yang tinggi secara umum dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker. Namun, menurut Baswick, penelitian tersebut tidak secara jelas menunjukkan hubungan sebab-akibat.
"Basis penelitian keseluruhan saat ini kekurangan bukti konklusif tentang risiko kesehatan yang signifikan dalam konsumsi moderat pemanis buatan," kata Baswick.
Meski demikian, Baswick tetap mengingatkan bahwa dalam mengonsumsi makanan dan minuman termasuk yang mengandung pemanis buatan, seseorang harus berhati-hati dan jangan berlebihan.
"Tentu saja, dengan apapun kita ingin berhati-hati dalam mengonsumsinya. Hal yang sama berlaku untuk pemanis buatan," ujar Baswick.