PAGI itu juga Bujang akhirnya diantar oleh dua koleganya ke Puskesmas terdekat. Ipank dan Odoy merasa ini harus segera, karena melihat Bujang PeDe sejak pagi hanya menggigil, mual, dan muntah-muntah.
Di Puskesmas ternyata sudah ada antrian. Namun melihat kondisi Bujang PeDe, perawat meminta Bujang untuk diperiksa lebih awal.
Melihat kondisi awal Bujang, dokter menyarankan agar urine Bujang PeDe diambil.
Tak lama, perawat datang dengan memberikan tabung kecil ke Bujang, dan meminta Bujang ke kamar kecil.
Tiba di kamar kecil, Bujang kebingungan. Karena kamar kecil wanita dan laki-laki berdampingan. Tapi, ada cewek yang baru keluar dari kamar kecil laki-laki.
''Maaf Bang, kamar kecilnya gak ada air, Bang,'' ujar cewek itu sembari keluar.
Bujang hanya senyum.
Persoalan Bujang bukan soal tak ada air, tapi air (urine)-nya jika dikeluarkan baunya pasti minta ampun. Bisa-bisa semua manusia di Puskesmas ini semaput. Maklum, malamnya Bujang baru habis-habisan melahap sambal jengkol favoritnya buatan emak.
Pucuk dicinta ulam tiba. Bujang melihat ada tabung kecil berisi air agak kekuning-kuningan di atas wastafel kamar kecil itu.
Tanpa pikir panjang, Bujang pun memboyong tabung itu dan menyerahkan ke perawat.
Setelah melalui proses pemeriksaan, dokter dan perawat kaget tak alang kepalang.
Bagaimana tidak, Bujang Pede dinyatakan positif hamil 2 bulan.
''Maaf, Pak Bujang yang mana?'' tanya dokter, ketika ketiga pemuda itu masuk.
''Ini Pak,'' ujar Ipank harap-harap cemas soal penyakit temannya itu.
''Bapak laki-laki tulen, kan?''