''Sudahlan Bujang, jangan main-main lah!'' ujar Odoy setengah takut, setengah tak percaya.
''Oh, nama teman kamu yang jelek ini, Bujang ya?''
''Pank, gimana nih? tampaknya kerasukan bener Bujang nih? Kalau ngerjain kita, nggak mungkin dia ngaku jelek terus-terusan kayak gitu. Kalau dari pengakuannya, syetan yang masuk ke Bujang ini jujur, Pank?''
Belum lagi Ipank menjawab, Wak Ijah Emak si Bujang sudah keburu Pulang.
''Apa-apaan kerja kalian di sini?. Coba sekali-kali dengar ceramah agama!'' ujar Emak dengan nada tinggi ke Trio Bengal.
Ketiganya memang sudah seperti anak sendiri.
''Ini Mak...'' Odoy tak berani mmelanjutkan pembicaraannya.
''Kenapa kau Bujang?'' ujar Emak melihat si putra kesayangannya diam saja.
Bujang tetap diam, lalu terpejam sejenak, dan tampaknya sadar.
''Kenapa Mak?''
''Mak yang nanya?!''
Rupanya, mendengar suara Emak, syetan yang merasuki Bujang buru-buru pergi.
Odoy, Ipan, dan Bujang seperti kebingungan dengan apa yang barusan terjadi.