SATU-satunya wanita yang sangat disayang sekaligus ditakuti Bujang adalah, Wak Ijak Emaknya.
Perintah dan omongan Emak adalah titah yang tak boleh dibantah.
Tapi, kadang Bujang mengeluh juga. Karena kadang ia merasa sudah berlaku benar, namun tetap salah di mata emak.
''Tadi malam, aku bangunkan Emak, karena kutengok obat yang kubeli belum diminumnya. Wah, Emak ini lupa,'' pikirku ujar Bujang Curhat kepada kedua sohibnya Odoy dan Ipank.
''Eh, begitu aku bangunkan, Emak malah mencak-mecak, matilah kau Bujang! Ujar Emak. Sedih lah,'' ujar Bujang dengan muka lesu.
''Ceritanya gimana?'' Ipank minta penjelasan.
Berceritalah Bujang.
Ia siang itu disuruh Emak ke apotik membeli obat. Bukan obat darah tinggi seperti biasanya, melainkan obat tidur. Karena emak ngomong ia sudah beberapa malam susah tidur. Padahal biasanya habis Taraweh Emak sangat mudah tidur.
Malam itu, sehabis Taraweh Bujang sengaja tak keluar rumah dulu menunggu si Emak tidur. Ia khawatir Emak susah tidur lagi. Untung lah obat sudah dibeli.
''Saat aku lihat ke kamar, kulihat ternyata emak sudah nyenyak. Yah, syukurlah,'' ujar Bujang bercerita.
Namun, betapa kagetnya Bujang. Karena obat tidur yang ia beli di apotik siangnya, ternyata masih utuh.
''Wah, ini bahaya. Emak belum minum obat nih?'' begitu kupikir.
Kedua sohibnya mengangguk-angguk.
''Jadi, kubangunkan. Emak, bangunlah. Obat Emak belum diminum,'' ujarku.
''Eh, Emak kontan marah. Sedih aku, maka aku langsung keluar rumah,'' ujar Bujang lagi.