BUJANG tiba-tiba kini masuk tim sepak bola. Meski bukan pemain inti, Bujang sudah sangat senang. Apalagi dia sebagai penyerang. Striker.
Dua sohibnya juga masuk dalam tim. Odoy Sebagai bek dan Ipank sebagai libero. Tapi mereka juga bukan tim inti. Hanya pemain pengganti.
Kesebelasan yang bakal dihadapi adalah musuh bebuyutan. Mereka dari kampung sebelah.
"Kalian tak boleh kalah," kata Mang Gareng yang merupakan pelatih tetap di kampung mereka.
Semua hanya diam. Mereka tahu pemain kampung sebelah banyak yang bagus. Malah beberapa diantaranya merupakan pemain yang berlaga di liga 2.
"Kalau kalian menang, kalian bisa ngopi gratis selama satu minggu di warungku," ujar Mang Gareng memberi iming-iming.
Semua pemain bertepuk tangan dan bersorak. Termasuk Bujang. Bahkan Bujang menawarkan makan mi gratis juga.
"Boleh tambah mi goreng satu porsi," ujar Mang Gareng.
Hari dinanti tiba. Bujang hanya bisa memberi semangat dari pinggir lapangan. Ia ingin sekali main. Apalagi dilihatnya ada Maysaroh yang menonton pertandingan. Karena ini pula sebenarnya Bujang nekad masuk tim. Biar sang pujaan menyaksikan aksinya di lapangan hijau.
Namun apa daya ia hanya pemain kedua. Sampai babak pertama kedudukan 0-0. Babak kedua masih berlangsung. Lima belas menit lagi pertandingan usai. Bujang belum juga dimainkan.
Sementara Odoy dan ipank sudah masuk lapangan sejak tadi. Bujang gelisah bukan main. Bujang makin gelisah ketika mereka kebobolan gol. 1-0.
Lima menit jelang peluit akhir, tiba-tiba terjadi insiden di tengah lapangan. Salah seorang penyerang mereka terjatuh dan tak bisa melanjutkan bertanding. Bujang akhirnya masuk menggantikannya.
Pertandingan kembali berlangsung. Bujang lari sana sini. Depan belakang. Namun dia belum sama sekali menyentuh bola. Tak urusan, yang penting Maysaroh nonton.
Napasnya sudah ngos-ngosan karena lari. Bola liar mengarah lima meter di depan Bujang. Kosong. Ia berlari mengejar. Namun, tinggal selangkah lagi bola akan ia dapat. Peluit tanda berakhir pertandingan di tiup. Bujang emosi. Ia tendang sembarangan, tetapi bola meluncur deras ke arah kepala pelatihnya sendiri, Mang Gareng.
Giliran wasit yang marah. Langsung dikartu merah.