Bujang dan sahabatnya dengan malu-malu lewat pintu kiri. Mereka juga sempat keheranan. Kok pesta di kota ada pembedaan pintu.
Pertama pintu sahabat pengantin perempuan dan laki-laki, nah sekarang pintu kedua yang bawa kado dan yang tidak bawa kado.
Meski begitu mereka tetap berjalan. Mereka tetap tertawa senang, soalnya di depan mereka juga ada tamu yang tak bawa kado.
Akhirnya mereka sampai di pintu selanjutnya. Tak seperti di dua pintu sebelumnya, kali ini mereka disambut dua pemuda berpakaian safari hitam. Lengkap dengan handytalky di tangan. Terlihat pemuda yang satu memeriksa semua bawaan tamu dan kemudian di suruh masuk. Di atas pintu tertulis bacaan VIP 15.
Salah satunya bertanya pada Bujang, apakah tamu membawa amplop atau tidak. Karuan saja hal itu membuat Bujang dan kawan-kawan kaget dan sedikit tersinggung. Tak menyangka bahwa mereka akan mendapat pertanyaan begitu.
Ketiganya saling pandang. Mau ngaku bawa amplop takut diperiksa. Jika ketahuan bakal malu. Akhirnya mereka mengatakan tidak bawa amplop.
Karena tak bawa amplop, maka mereka diarahkan lewat pintu kiri. Sebelum ke pintu kiri, Bujang yang penasaran bertanya, apakah ini pintu terakhir.
"Iya Bapak, di sana nanti adalah pintu terakhir. Tidak ada pemeriksaan lagi. Bapak bisa langsung buka pintunya. Tapi tolong ditutup kembali," kata pemuda itu sembari menunjuk pintu besar yang berjarak kurang lebih 30 langkah.
Bujang, Odoy, dan Ipank, gembira bukan main. Hanya mereka bertiga yang melewati lorong itu. Setelah sekitar 28 langkah mereka menemukan pintu itu. Di atasnya tertulis EXIT, bukan VIP seperti pintu-pintu sebelumnya.
"Klek" Bujang membuka pintu. Diikuti Odoy dan Ipank.
Mereka terperangah, sinar matahari langsung menerpa tubuh mereka. Di depan terlihat deretan mobil dan motor banyak sekali. "Parkir Kendaraan Tamu dan Undangan". (**)