BUJANG hari itu bersama dua sohibnya --Odoy dan Ipank-- janjian ketemu di depan stadion. Mereka bertiga ingin menonton konser dangdut.
Bujang datang paling awal. Ia celengak celinguk mencari dua sohibnya. Tapi belum kelihatan. Padahal sekitar stadion sudah sangat ramai.
"Mungkin sebentar lagi," batin Bujang.
Bujang pun menunggu di sebelah mobil sport yang sedang terpakir tak jauh dari stadion. Mobil itu tampak baru karena masih mengkilat. Bujang bersandar di pintu supir mobil mewah itu.
Sambil menunggu, Bujang memperbaiki dandanannya. Mulai rambut, kemeja dan celana jinnya. Ia mencoba mencium wangi parfum yang disemprotkan Emak saat mau berangkat tadi.
"Parfum keberuntungan. Wanginya akan tercium dari jarak 10 meter. Maysaroh akan tergila-gila padamu, " kata Emak.
Bujang berharap Maysaroh sang idaman akan lewat dan ikut nonton konser dangdut. Bujang pikir bisa menemani pujaan hatinya itu bergoyang dangdut dalam stadion.
Sudah lima belas menit Bujang menunggu. Ipank dan Odoy belum juga datang. Maysaroh yang ia harap bakal lewat, tak terlihat juga.
Saat berbalik badan usai memperbaiki rambutnya di spion mobil, Bujang kaget bukan kepalang. Di hadapannya kini telah berdiri seorang wanita muda, cantik, dan seksi. Wanita itu tersenyum padanya, sangat mempesona.
Karena kaget sisir butut Bujang pun jatuh.
Tapi, Bukan Bujang PeDe namanya kalau tak percaya diri. Di otaknya terlintas seperti di film-film atau adegan sinetron.
Berdua mengambil sisir dengan tangan saling menggenggam dan mata bertatapan, lalu berdiri secara slowmotion.
Satu menit, dua menit, tiga menit, wanita di depannya tak kunjung jongkok seperti harapan Bujang.
akhirnya Bujang jongkok sendiri dan memungut sisirnya. Lalu memasukkannya ke kantong belakang.
Wanita itu mengangguk, Bujang pun mengangguk. Bujang langsung menduga, ini berkat parfum Emak. Buktinya, jangankan Maysaroh, wanita yang belum ia ketahui namanya itu saja sudah terpesona padanya. Ia pun menyibak rambutnya sendiri.