Oleh: Dato’Akhmad Elvian, DPMP - Sejarawan dan Budayawan, Penerima Anugerah Kebudayaan
SALAH satu masalah penting dan mendasar ketika pengajuan Depati Amir sebagai pahlawan Nasional adalah karena dalam beberapa buku yang ditulis oleh beberapa orang terdahulu yang menyatakan, bahwa Depati Amir menyerah kepada Pasukan Belanda. Hal ini merupakan persoalan karena salah satu persyaratan utama seseorang untuk diangkat menjadi Pahlawan Nasional adalah tidak boleh menyerah.
Membalik argumentasi beberapa tulisan yang menyatakan, bahwa Depati Amir menyerahkan diri kepada pasukan Belanda tersebut diperlukan data sejarah yang akurat dan berasal dari sumber sejarah primer serta resmi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, sebagai penguasa yang sah atas Keresidenan Bangka pada masa itu.
Sumber sumber sejarah tersebut terutama berasal dari laporan resmi dari Residen, dari Pejabat militer maupun dari korespondensi pejabat pejabat pemerintah sipil dan militer pemerintah Hindia Belanda di Keresidenan Bangka dan di Batavia, serta berupa dokumen resmi memori jabatan residen yang dilaporkan kepada Ratu Belanda.
Dari buku Depati Amir, Perjuangan dan Pengabdian Lintas Pulau Tahun 1848-1869 yang saya tulis dan bahan buku tersebut merupakan isi dari biografi dan riwayat hidup perjuangan Depati Amir sebagai syarat utama pengajuan Depati Amir sebagai Pahlawan Nasional, ditemukan sedikitnya Empat arsip tentang penangkapan Depati Amir. Berikut adalah kabar kejadian yang sebenarnya yang menceritakan tentang keadaan Depati Amir dan pengikutnya di dalam hutan hingga tertangkap dalam versi militer Belanda:
Behoort bij missive van het Militaire Departement dd 12 Februarij 1851 No. 4 Afschrift Militair Kommandement Banka L: A/24 Lijk: twee, R, Bakem, den 31 Januarij 1851, Onderwerp: Nader rapport omtrent den stand van zaken op Banka, zijnde vervolg van dat van den 17 Januarij 1851 La A/19 In mijn rapport van den 17 : La A/19, had ik de eer Uwe Hoogheid mede te deelen, dat Amir en Tjing door gebrek aan voedsel en den mende die zijn in de basschen hadden te verdiren tot onderwerping aan het gouvernement waren gedevangen. Uit het onderzoek door den Hoofddjaksa omtrent deze gebuirtenis gehouden is gebleken het volgende. Sedert den 29 December 1850, bevond zich Amir nagenoeg zonder voedsel in het Mindau Baratsche en was hem van daar aan alle zijden den doortagt daar patroilles en door barissan afgesloten. De laatsten vooral aangespoord door toegezegde beloaning op de uitleverking van Amir en voor geneenern tigen tegenstand meer bedicht zijnde, legden bij het apsparin van den hoofd muiteling eene groote valharding aan den dag. Vier onzer spionnen hadden dan ook Amir welden gevonden, doch werden door dezen overgehaald, om hem langs verborgen paden door onze troepen en barissans heen te brengen. Amir gaf den spionnen daarvoor eene krid eenen gouden zing en zes gulden zilveren specie. Evenwel bleek het, den spinnen en mogelijk te zijn, Amir voedsel te verschaffen en te doen ontsnappen; zij werden met Amir door een Detachement barissans aangevoerd door zekeren Machmoed ontmoet en gaven daarop den krid van Amir over, onder vaargeven dat zij die ten ticken van Amir?s onderwerping hadden ontvangen. Amir is vervolgens met tiwen gebonden naar Bakem gebracht, doch werd daar uit zijne banden ontslagen. Ik heb daaraan den waarnd,,d Resident met den meesten aandrang de billijkheid betaagd, om uit aanwerking van de wijze waarop de zaagenaamde onderwerping, eigentlijk uitlevering van Amir geeft plaats gehad, de toegezegde belaoning van 1000 Sp: maten te verdeden, onder degenen die daartoe het meest hebben bijgedragen. Deze hoofdambtenaar heeft dientengevolge last gegeven om uit te hebben. Aan ik der spionnen Angar en Swal, die zich in het vertrouwen van Amir hadden. Weten in te dringen 100 Sp matten te zamen 200 Aan Hadjie Mohammad Seman 100 „? den batin Awal van Boekit 100 „? den Batin van Mendoe Barat 100 „? den hoofd der barissan Machmoed 100 „? den batin van Mendoe Timor 25 „? 36 man van de barissan 375 Sp: matt 1000 Een als alle muitelingen dien in onze handen vislen af tot ons over kwammen, zijn ook Amir en Tjing daar den hoofdjaksa met veel behandigheid ondervraagd. Hunne opgaven en verhalen, die wat de hoofdzaken betreft voereen Ramen met de verklaringen van hunne voornamste aanhangers, in het bijzonder met die van den Mandoor Hassan, hebben doen zien, dat de militerij van Amir, van veel grooter belangsrijkheid is geweest, dan men aanvankelijk vermoed had, in dat wanner niet in tijds tot strenge maatregelen was overgegaan het berstuur van Bangka nag jaren lang met eenstige moeijelijkheden zou hebben te Kampen gehad. De hierbij gevoegde nata van ontwerpen en verstandhoudingen van Amir welke resimé dier verhaaren overtuigen. Het aantal personen, welke aan den opstaand hebben deel genemen, is te groot om allen te straffen. Ook is ens dit uithoofde van den indruik, die door de militaire operation op de bevolking is te weeg gebregt, overbadig voorgekemen daar echter vele der gecompromitterde pusmen en het vervolg, voor de reist van Banka gevaarlijk zouden kinnen zijn, en het naadig is daar eenige voorbeelden van strengheid voor het vervolg de reist te verzekeren, hebben de Wd Resident en Ik, en overleg met den hoofdjaksa, de personen gedesigneerd, welke van Banka moeten worden verwijderd, en die, welke het verblijf in de binnen landen moet worden ontzegd en in het vervolg te Mentok onder het aag der politie moeten wanen. (ANRI; Bt 25 Maret 1851 nomor 13).
Maksudnya: Surat dari Komandan Militer Bangka kepada yang Terhormat Jendral Infanteri, Komandan tentara Hindia Belanda di Batavia, Bakem, 31 Januari 1851. No. La A 124, Lampiran 2 (ANRI: Bt 25 Maret 1851 Nomor 13) Perihal: Laporan berikut mengenai peristiwa di Bangka, kelanjutan dari 17 Januari 1851, No La A/19, Dalam laporan saya tertanggal 17 Januari 1851, nomor La A/19, kepada Anda, kami beritahukan bahwa Amir dan Tjing kekurangan pangan dan menderita di hutan, hingga dipaksa menyerah kepada pemerintah. Dari penyelidikan oleh jaksa kepala mengenai peristiwa ini, terbukti sebagai berikut: Sejak 29 Desember 1850, didapati Amir hampir-hampir tanpa makanan di hutan Mendu Barat dan dari semua jalan yang langsung menuju ke sana telah ditutup oleh patroli dan barisan (pencari dan pemburu hadiah).
Akhirnya diserukan bahwa barang siapa yang sanggup menyerahkan Amir maka akan diberi hadiah, diizinkan dengan sungguh-sungguh dengan ketakutan yang sangat, dalam mencari dan menemukan kepala pemberontak itu. Hal ini dilakukan dengan ketabahan yang tinggi pada hari itu. Empat spion kami segera menemukan Amir, lalu mereka membujuknya untuk lewat jalan setapak rahasia yang kemudian dikawal oleh barisan dan tentara. Pada saat itu, Amir menyerahkan kepada para spion, keris, cincin emas dan 6 gulden uang Spanyol. Para spion tidak membawa makanan untuk Amir. Kemudian, kepala barisan, Mahmud, bertemu dengan Amir. Seketika Amir menyerahkan keris miliknya kepada Mahmud.
Selanjutnya, Amir diikat dengan tali dan dibawa ke rumah Bakem. Oleh sebab itu, saya mendesak Residen setelah melihat kejadian penangkapan Amir yang sebenarnya. Disanggupi hadiah sebesar 1000 gulden uang Spanyol untuk dibagi bagi kepada mereka yang turut membantu. Hadiah itu dibayarkan oleh pejabat pemerintah: - Kepada masing-masing spion Angar dan Sawal yang telah dipercaya menemui Amir, diberi hadiah masing masing 100 gulden uang Spanyol jadi total 200,- Kepada Haji Mohammad Seman 100, -Kepada Batin Tikal dari Bukit 100, - Kepada Batin Mundu Barat 100, - Kepada Kepala Barisan Mahmud100, - Kepada Batin Mundu Timur 25, -Kepada 36 barisan 375, Total 1000. Tidak akan lama lagi, semua pemberontak akan ada di tangan kami, demikian juga Amir dan Tjing yang oleh jaksa kepala akan diadakan kepada mereka suatu tanya jawab. Menurut jaksa kepala, penjelasan dan cerita mereka sama dengan penjelasan pengikut utama khususnya Mandor Hassan, bahwa pemberontak Amir mempunyai kepentingan yang sangat besar dan bila tidak tepat waktu (dalam menangkapnya), maka pemerintah Bangka masih bertahun-tahun lamanya, selalu berada dalam kesulitan yang besar untuk berjuang. Sejumlah orang yang turut ambil bagian dalam pemberontakan, akan dipenjara. Dan demi ketenangan di Bangka, maka Residen dan saya akan berunding dengan jaksa kepala. Orang-orang yang ditunjuk itu (para tawanan) harus diusir dari Bangka, bila tetap tinggal di dalam negeri, maka harus dipindahkan ke Muntok di bawah pengawasan polisi.
Peristiwa besar penangkapan Depati Amir ini selalu menjadi prestasi dan kenangan bagi pemerintah Belanda di Keresidenan Bangka, hal ini terbukti, bahwa laporan penangkapan Amir selalu diulang kembali, seperti dalam laporan (surat keempat) yang dibuat oleh Residen J.C Maan (vervolg Memorie van Overgave, Residen van Bangka en Onderhoorigheden van 8 Juni 1934-1 Juli 1938, ARA-DH,hal.7): In 1851 werd Amir door militaire patrouilles opgejaagd en gevangen genomen, dit is de laatste maal gewesest dat mat militairen tegen de Bangkaneezen is opgetreden. Maksudnya: Pada Tahun 1851, Amir dikejar oleh patroli militer dan ditangkap, ini adalah terakhir kalinya tentara telah mengambil tindakan terhadap orang Bangka.***