Oleh: Ahmadi Sofyan - Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya
TANPA jabatan dan posisi di organisasi, ia tidaklah dihormati karena tak punya prestasi. So, yang pasti 2024, Politisi AMPIBI (Anak, Menantu, Paman, Ipar, Besan & Isteri) kian bersemi.
Seharian kemaren saya tidak keluar rumah, badan sangat lemas sebab beberapa hari sebelumnya full kegiatan dan begitu lelah. Hanya berbaring dalam kamar dan duduk di teras rumah seharian. Akibat tidak kemana-mana dan kelihatan lesu, anak saya yang paling kecil (Nazhifa Saqueena Maheswari) berusia 4 tahun pun bertanya sambil mengelus tangan bergaya memijit: “Ayah sakit ya?”.
Saat berbaring santai dalam kamar, tiba-tiba isteri saya yang sangat pendiam bertanya. “Mas kenapa sih orang pada senang banget jadi pejabat?”. Dalam hati, tumben ini isteri yang tidak pernah ngomong atau “bekisah” soal politik tiba-tiba bertanya soal politik. Bagi saya ini cukup menggelitik, sebab selama ini ia tak pernah peduli bahkan cenderung tidak senang kalau saya berbicara politik atau jabatan di pemerintahan. Saya pun menjawab dengan nada serius: “Karena jabatan itu bagian dari prestise diri seseorang. Selain harta adalah penghormatan yang didapatkan ketika jadi pejabat. Makanya banyak orang yang baru dapat penghormatan kalau dia duduk di jabatan atau di organisasi. So, jangan heran, kalau itu jadi rebutan, sebab mereka tidak dapat penghormatan karena tidak punya karya dan prestasi dilingkungannya”.
Lalu isteri bertanya lagi: “Kenapa seseorang, kalau sudah jadi Pejabat, lalu anak isteri, menantu, family, orang dekat, semuanya diajak nyalon?”.
Mendengar pertanyaan isteri, saya pun bergumam “Kritis juga ini isteri”. Lalu saya pun menjawab: “Karena jabatan itu bagian dari “kegilaan”.
Bukankah “harta, tahta, wanita” itu kalau tidak professional akan membuat orang menjadi gila?. Jadi, seseorang yang sedang menjabat, lalu anaknya, isterinya dan keluarga besarnya kepengen mendapatkan penghormatan seperti seseorang tersebut. Jadi hal ini selalu saja terjadi dan kita lihat nanti 2024 bakalan kita saksikan Politisi AMPIBI (Anak Menantu Paman Ipar Besan dan Isteri) yang nongol. Ada yang melobi partai dimana ia bernaung agar isterinya menggantikan posisinya menjadi calon Walikota atau Wakil Walikota, sebab dirinya mau maju Calon Gubernur. Ada yang mau nyalon Gubernur sekalian isterinya nyalon DPD RI atau DPR RI, ada yang ipar dan adiknya maju di Dewan, ada yang Bupati kepengen seluruh keluarganya nyalon di DPRD dan sebagainya. pokoknya asyik plus gila”. ujar saya sambil tertawa.
“Mas nggak ikutan kan?” tanya isteri saya seperti sangat was-was kalau saya terjun ke dunia politik. “Mas-mu ini bukan anak pejabat bukan pula keluarga pejabat mana pun di dunia ini. Lagian politik itu kayak makan sambal terasi, harus “pacak-pacak” menikmatinya, kalau tidak akan kepedesan. Jadi jabatan politik itu bukan sesuatu yang wah dimata saya. bukankah do’a kita setiap selesai sholat adalah “fiddunya hasanah wa fil aakhiroti hasanah” (bahagia di dunia maupun bahagia di akhirat)? Saya bahagia dengan seperti ini sekarang, tanpa jabatan apapun di Pemerintahan orang tetap menghargai dan menghormati, tanpa jabatan apapun di organisasi, saya tetap dihargai dan dipakai dalam berbagai moment. Selalu dipersilahkan duduk didepan, padahal nggak ada jabatan, selalu dihargai dan disapa walau dipelosok kampung mana pun. Bahkan bagi yang belum kenal, sering dikira saya ini pejabat karena dihormati dan ditempatkan pada posisi didepan. Sehingga proposal dan curhat orang-orang saya dapatkan. Kadang saya tertawa sendiri….” begitu panjang lebar saya jelaskan kepada isteri.
“Enak kita berkebun…, menikmati alam dan membesarkan dan menyekolahkan anak dari hasil kebun. Kita hidup santai dan menikmati saja, nggak usah duduk di jabatan politik atau pemerintahan ya. Karena jabatan itu sangat sementara…” pesan isteri tercinta, saya pun diam dan tersenyum saja.
Aji Mumpung
2024 Rakyat Indonesia, bahkan rakyat Bangka Belitung akan menyaksikan banyak politisi “Aji Mumpung”. Kita akan melihat kerabat pejabat pengen jadi pejabat, mantan pejabat ingin kembali menjabat. Politisi Ampibi (anak menantu, paman, ipar, besan dan isteri) akan bersemi. Kedudukan dalam sebuah jabatan di pemerintahan atau politik ternyata menjadi sebuah kehormatan. Orang yang sibuk dengan jabatan untuk uang dan penghormatan adalah orang yang tidak memiliki prestasi sebab ia tidak dihormati dan dihargai kalau tanpa jabatan dan posisi di organisasi. Makanya jangan heran yang namanya Partai Politik kian banyak dan organisasi di negeri ini tak terhitung lagi jumlahnya. Bahkan ada organisasi yang hanya ada Ketua dan Sekretaris saja.
Fenomena demokrasi salah minum obat ini akan melahirkan orang-orang yang duduk dalam suatu jabatan tanpa profesionalisme. Kemampuan yang minimalis hanya akan menjadi beban negara. Akhirnya akan terus lahir para pejabat di pemerintahan berpengelaman minimalis dan defisit pengetahuan. Akan terus nongol orang-orang yang tidak memiliki prestasi tapi rajin banget nyari posisi atau kursi. Apalagi kalau bukan sekedar untuk prestise alias mendapat penghormatan dan pekerjaan yang dianggap terhormat.
Sedangkan dari sisi pemilih alias rakyat, demokrasi salah minum obat ini kian tak terbendung karena rakyat kita begitu gampang terpesona dengan kekerabatan pejabat, mudah tergiur dengan janji dan lembaran uang yang tidak seberapa (tidak bisa bikin kaya raya). Lalu bagi yang sedikit punya pengalaman dan pengetahuan sebagai Timses, biasanya berusaha minimal menjadi “orang dekat” alias Ring 1 atau Ring 2. Begitu istilahnya. Sebab kedekatan dengan penguasa dianggap sebuah kebanggaan guna dapat ber-“taipau ria”.
Namun, apapun itu, demokrasi salah minum obat tetap harus ditelan. 2024, saya yakin kita tak perlu banyak berharap akan melahirkan orang-orang hebat duduk di kursi jabatan. Hanya pergantian orang tanpa ada pergantian cara dan sistem yang lebih efisien. Namun, apapun itu, demokrasi adalah ikhtiar terbaik saat ini bagi negeri kita. tetaplah memilih dan dipilih, jangan sampai menjadi bagian golongan yang tidak pernah memilih tapi ribut memulu mengkritisi pemerintahan yang sah.
Terakhir nih…, buat para calon, baik Legeslatif maupun Eksekutif pada pesta demokrasi 2024 ini, berbuatlah kebaikan dan pelayanan serta pengabdian pada rakyat bukan karena hendak mencalonkan diri, tapi jadikan itu adalah keharusan sebagai anak negeri.