Jalani Peran Ganda, Ibu Tangguh Berperan Jadi Madrasah Pertama Bagi Anak
PANGKALPINANG - Sebagian perempuan menjalani peran ganda, yakni sebagai ibu dan istri di rumah dan pekerja di luar rumah. Sehingga perempuan kerap dituntut lincah untuk melaksanakan ke dua peran tersebut dalam waktu bersamaan.
Bisa menjadi wanita mandiri dan memiliki karir yang cemerlang menjadi impian bagi perempuan. Namun, dalam praktiknya tak selalu berjalan dengan mulus. Peran ganda yang dijalankan ini memberikan tantangan yang harus ditaklukkan agar semuanya berjalan beriringan.
Meski berperan sebagai seorang ibu, tak menjadi penghalang untuk berkarir dan berkontribusi lebih besar bagi banyak orang. Hal itulah yang ditunjukkan dua perempuan tangguh yang duduk sebagai jajaran Direksi PT Timah Tbk, yakni Direktur SDM PT Timah Tbk, Yennita dan Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk Fina Eliani.
Yennita dan Fina Eliani kompak mengatakan bahwa Ibu adalah Sekolah atau Madrasah pertama bagi anak-anaknya. Hal ini disampaikan mereka saat oborolan tentang Hari Ibu yang diperingati pada 22 Desember.
Kedua wanita tangguh ini juga sepakat soal Ibu merupakan sosok yang mempengaruhi karakter anak. Mereka bahkan menyebutkan keberhasilan saat ini tak lepas dari peran Ibu mereka yang menjadi support system.
Kini, dua wanita ini juga telah menjadi Ibu, Yennita memiliki dua buah hati dan Fina Eliani memiliki tiga putri. Bagi mereka menjalankan peran ganda memang tak selalu mudah tapi bisa dijalani dengan penuh makna.
"Ibu itu adalah madrasah pertama di keluarga, berperan sebagai support awal untuk anak-anaknya. Mungkin sebagian besar karakter anak itu dibentuk oleh seorang ibu," kata Yennita saat membuka perbicangan.
Hal inipun terucap dari Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk, Fina Eliani yang mengatakan "Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak. Karakter seorang anak mungkin 90 persen berasal dari ibunya, karena sejak kandungan sudah bersama dengan ibunya," ucap Fina.
Yennita melanjutkan ceritanya, sebagai anak tengah dari saudara-saudaranya, Ia diajarkan untuk mandiri dan bertanggungjawab oleh sang Ibu. Nilai-nilai inilah yang lambat laun menjadi karakternya.
"Ibu saya sangat percaya dengan saya sebagai anak tengah yang bisa mandiri dan bertanggungjawab, beliau sangat positif dan merangkul. Hal inilah yang mempengaruhi cara saya berpikir dan bekerja karena ibu adalah madarasah pertama bagi anak-anaknya," kata Yennita.
Sebagai seorang Ibu pun, dirinya lebih banyak memberikan contoh dalam proses parenting yang dijalankan. Kata Yennita mendidik anak adalah proses perjalanan panjang dan tak pernah berhenti.
"Kita mengajarkan dengan memberikan contoh, bukan dengan mendikte," ucapnya.
Menjadi ibu, bagi Yennita adalah anugerah karena seorang Ibu dibekali dengan kemampuan multi tasking. Sebagai seorang Ibu yang juga bekerja, Yennita menyebutkan tantangannya ialah saat anak-anak masih kecil dan dirinya juga harus mulai meniti karir.
Sebagai pekerja, Yennita menyebutkan tak jarang Ia harus bertugas ke Pulau Daerah, hal inilah yang membuat Ia harus memboyong buah hatinya agar bisa terus disampingnya.