Akan tetapi, menurut RD, langkah ini masih perlu pembahasan lebih lanjut berkenaan dengan landasan hukumnya.
"Kalau misalnya itu enggak boleh gratis, oke, kita konversi (penyertaan) saham saja, misalnya," ungkapnya.
Dibanding kota pelabuhan kecil di film tersebut, Babel tentu banyak nilai lebih. Infrastruktur dibanding Pulau Jawa, pastilah Babel akan kalah. Namun, bukankah bahan mentah untuk materi yang di-hilirisasi-kan itu hanya ada di daerah ini? Secara matematis, hitung-hitungan tentu sudah ada terutama sisi pembiayaan yang berhasil ditekan jauh.
Soal lahan gratis, apakah di Jawa bisa gratis? Kalau memang ada biaya yang mesti dikeluarkan untuk lahan, apakah nilai lahan di Babel akan lebih tinggi dari Jawa? Tentu ini justru sebaliknya. Dan itu bukan nilai tambah, memang pasti faktanya demikian. Dan ini justru nilai lebih.
Bahan mentah lebih dekat, nilai (harga) lahan lebih rendah.
Ini pasti!
Hanya persoalannya, apakah investasi hilirisasi ini akan terjadi dalam waktu dekat ini?
Kalau boleh jujur, soal investasi ini rakyat sudah kenyang 'makan angin'.
Rakyat sudah bosan makan janji, sementara faktanya, satupun belum ada dari yang diucapkan itu terwujud sejak menjabat.
Yang ada, rakyat dibuat susah karena penertiban, sementara janji tambang rakyat masih 'sepoi-sepoi'.***