Polisi, Kapolri, Hingga ke Jokowi

Senin 08-08-2022,08:42 WIB
Reporter : Syahril Sahidir
Editor : Babelpos

SEKARANG INI, persepsi masyarakat terhadap kepolisian di negeri ini benar-benar tengah dipertaruhkan. Persepsi yang sebenarnya sudah mulai bergeser ke arah yang lebih baik, namun harus kembali dipertaruhkan akibat peristiwa kematian Brigadir J.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo tak mau ambil resiko kembali memburuknya citra Polri atas kejadian itu.  Maka sikap tegas agaknya sudah mulai dia ambil.

Bahkan, pepatah 'ikan Busuk mulai dari Kepala', menjadi pegangan Kapolri. Dia menegaskan tidak segan menindak anggotanya yang melakukan penyimpangan dalam tubuh Polri. 

"Saya minta kepada rekan-rekan tidak ragu-ragu untuk melakukan tindakan tegas, karena ini untuk kepentingan organisasi. Dan mohon maaf kalau tidak mampu membersihkan ekor, maka kepalanya yang saya potong," tegas Listyo kepada para pimpinan Polri.

Kapolri Listyo Sigit Prabowo mengingatkan para pimpinan di tubuh Polri untuk tidak anti kritik, peka terhadap lingkungan dan memenuhi rasa keadilan masyarakat utamanya di era keterbukaan saat ini. 

"Ada pepatah ikan busuk mulai dari kepala, artinya kalau kita ingin merubah maka jadilah teladan, pimpinan harus jadi teladan baru di bawahnya akan menjadi lebih baik. Karena tidak mungkin kita memulai dengan yang baik kalau tidak dimulai dari diri kita sendiri," kata Lisyto. 

Menurut Kapolri Listyo, pemimpin dalam tubuh polri harus berpikir bagaimana persepsi masyarakat. 

"Predikfif, responsibilitas, transparan namun juga memenuhi rasa keadilan dan ini yang menjadi harapan masyarakat," tegasnya. 

"Kita harus berpikir persepsi masyarakat tentang kita, dan harus perbaiki, turun ke lapangan, jaga emosi jangan terpancing, emosi yang mudah meledak dan tidak bisa dikontrol akan mengakibatkan perbuatan yang kita lakukan tidak terukur. Apalagi rekan-rekan yang diberikan kewenangan oleh undang-undang, dan ini berpotensi menjadi masalah apabila kita tidak bisa kontrol".

***

DAN, apa yang dikemukakan Kapolri benar-benar terbukti. Sebanyak 3 jenderal dinonaktifkan, puluhan perwira pun menjalani pemeriksaan.

Bahkan, Jenderal Sambo --yang kini lagi ngetop-ngetopnya-- sudah 'diamankan' karena belum boleh mengatakan sudah 'ditahan'.  

Pertanyaannya, akankah persepsi publik mampu bergeser dalam kasus Brigadir J? Bukankah dari awal pihak kepolisian sendiri seperti sudah melakukan hal yang 'tidak biasa' ketika ada suatu peristiwa?  

Padahal, jika sekiranya RT atau RW bahkan perangkat masyarakat setempat dilibatkan dari awal, maka perangkat masyarakat inilah yang akan menjawab keraguan publik?  Tapi ini malah Ketua RT 'mencak-mencak' karena merasa tidak dilibatkan?

Lebih dari itu, dari awal peristiwa ini begitu ditutup rapat sangat kental. Bagaimana peristiwa tanggal 8 Juli, baru tanggal 11 Juli diungkapkan ke publik? Hebatnya, di era Medsos yang nyaris tak terkendali ini, juga tidak ada yang tahu, sehingga tanggal 9 - 10 Juli peristiwa ini pun belum ada terpublikasikan.  

Perkembangan yang ada sekarang, publik disajikan dengan berbagai dugaan dan persepsi. Kapolri dengan posisinya yang berdiri tegak dan sudah memperlihatkan sikap tegasnya, adalah harapan untuk menjelaskan bagaimana peristiwa itu sebenarnya terjadi, dan tentu saja jawaban itu dengan menjawab semua persepsi secara logis dan ilmiah.

Kategori :

Terkait

Senin 16-10-2023,14:32 WIB

22 Tahun Babel Pos, Tiada Duanya

Minggu 06-08-2023,20:42 WIB

Gerung Kesandung

Senin 24-07-2023,04:00 WIB

Kalkulasi Pilpres