MUNTOK - Tercatat belasan warga di Kabupaten Bangka Barat terjangkit human immunodeficiency virus (HIV) sepanjang Januari hingga Agustus 2022 ini.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bangka Barat jumlah penderita HIV mencapai 16 orang.
"Gambaran kasus HIV di Bangka Barat, dari tahun 2021 itu 22 orang terus untuk tahun 2022 itu 16 orang yang sudah dilaporkan di kita," ungkap Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes, M. Putra Kusuma, Kamis (4/8).
Putra mengatakan dari 16 orang yang terjangkit HIV pada tahun ini, merata di seluruh kecamatan se-Bangka Barat
"Ini merata di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Bangka Barat, kemudian kita mulai untuk melakukan maping pemetaan daerah resiko yang terkena HIV, misalnya ada daerah-daerah yang memiliki populasi kunci," tuturnya.
Ia menyebutkan ada empat kecamatan di Kabupaten Bangka Barat yang paling mendominasi terpapar virus HIV dan memiliki populasi kunci yang harus lakukan pelayanan.
"Nah di empat kecamatan ini mereka memiliki populasi kunci yang harus juga kita lakukan pelayanan terhadap orang-orang yang berisiko menular HIV. Misalnya ada komunitas-komunitas pekerja seks, kedua misalnya komunitas yang punya orientasi berbeda seperti gay," terangnya.
Lebih lanjut, dari 16 orang yang terpapar HIV tersebut rata-rata didominasi laki-laki dan ada juga ibu yang sedang mengandung.
"Laki-laki, ada juga ibu hamil, itulah kenapa ibu hamil itu harus diperiksa HIV seluruhnya ketika dia hamil, di kunjungan pertama dia ke fasilitas kesehatan harus mendapat pemeriksaan HIV," jelasnya.
Berdasarkan dari hasil konseling, Putra menyatakan penyebab HIV dari perilaku beresiko, misalnya pergaulan bebas.
"Kalau dari hasil konseling ialah prilaku beresiko, misalnya seks bebas. Enggak dirawat, mereka dicegah dengan kami kasih obat, kita kasih terapi untuk memperpanjang usia harapan hidup, kalau dia enggak minum obat maka dia akan menjadi AIDS," ujarnya.
Mengenai hal itu, Purta meminta masyarakat yang merasa berperilaku beresiko, seperti gonta ganti pasangan, dan lain-lainnya untuk berpartisipasi testing atau melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan.
Namun, menurutnya masih banyak masyarakat yang malu, dan banyak memilih melakukan pengecekan diluar dari Bangka Barat.
"Kalau kita merasa berprilaku beresiko kita harus melakukan pemeriksaan sukarela, kadang-kadang tapi kita ini masih malu. Banyak juga dari kita berobat keluar dia tidak berobat di sini, semakin banyak orang yang melakukan penjangkauan sebenarnya semakin baik, kalau semakin sedikit kita melakukan pemeriksaan semakin kita tidak mendapat gambaran," cetusnya. (**)