Hal ini mungkin karena Urang Bangka cenderung berada di zona nyaman dalam lingkungan atau alamnya. Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di Bangka sangatlah luar biasa.
Namun jika ini terus dimanja, maka khawatir kedepan seperti orang Betawi di Jakarta, yakni akan terpinggirkan akibat kalah persaingan di daerah sendiri. Sedangkan perantauan lebih ulet, liget dan fokus dalam berusaha.
Konon, Urang Bangka itu, khususnya laki-laki (suami) tidak pernah takut kepada isteri, sebab jangankan kepada isteri, kepada Tuhan saja ia berusaha untuk negoisasi.
Lho kok bisa? Dulu kebiasaan Urang Bangka menanam karet dari bijinya, yakni dengan cara dilempar begitu saja dan dimasukin ke dalam tanah hanya diinjak dengan tumit-nya.
Setelah beberapa tahun, karetnya tumbuh, lalu kawannya mengabarkan: “Karet yang ka tanam lah tumbuh, jadi-lah nek nebas semak e” (Karet yang kamu tanam sudah tumbuh, sudah bisa dibersihkan dari semak). Dengan santai ia menjawab: “Pacak Tuhan-lah nguros e” (Biar Tuhan aja yang ngatur).
Oya, ada istilah urang kampung di Pulau Bangka, yakni kalimat: “Tarik Akar Gunung Beringgut”, artinya adalah menarik akar dikaki gunung, tapi yang bergerak adalah pepohonan di atas gunung, sebab akar tersebut berasal dari pepohonan rindang tersebut.
Akibatnya membuat orang-orang pada ketakutan dan beranggapan bahwa ada sesuatu yang sangat besar sedang mengamuk diatas gunung. Ini maknanya, Urang Bangka itu kalau ia mau, cukup hanya dengan melakukan hal yang kecil dan remeh temeh, tapi efeknya sangat besar dan luar biasa serta bisa bikin heboh.
Nggak percaya? Kita ambil contoh dalam Palagan Politik Nasional. Urang Bangka Belitung itu bisa banget bikin heboh, mewarnai serta mempengaruhi kok, contoh kecil: D.N. Aidit, Yusril Ihza Mahendra, Antasari Azhar, Ahok (Basuki T. Purnama).
Ini baru dalam dunia politik, belum yang lain lho?! Padahal Bangka Belitung itu wilayahnya sangat kecil dan sangat tidak diperhitungkan dalam kancah nasional secara jumlah penduduk dan wilayahnya yang nggak seberapa jika dibandingkan wilayah lain.
Tapi setiap zaman (orde) selalu ada Urang Bangka Belitung yang nongol memberi warna serta rasa sebagaimana kunyit dalam Lempah Kuning.
Karakter Masyarakat & Lempah Kuning
SALAH satu cara melihat kehidupan masyarakat dalam suatu kelompok, yakni bisa lihat dari bagian budayanya, seperti arsitektur, makanan, pakaian dan lain sebagainya. Lempah Kuning adalah kuliner paling populer di Pulau Bangka.
Bagi wisatawan, belum sah berkunjung ke Bangka jika belum menikmati Lempah Kuning.
Sedangkan bagi perempuan Melayu Bangka, maka belum sah disebut perempuan jika dirinya tidak mampu meracik bumbu-bumbu menjadi masakan Lempah Kuning.
Dari semua bumbu Lempah Kuning, yang memiliki peran penting dalam Lempah Kuning adalah sebuah bumbu bernama Kunyit. Bentuk tanaman yang tumbuh didalam tanah ini tidaklah seberapa, kecil dan bisa dikatakan “jelek” karena tidak ada yang lurus.
Tidak akan pernah ada namanya Lempah Kuning tanpa keberadaan kunyit. Anda boleh meninggalkan bumbu-bumbu yang lain untuk Lempah Kuning (sesuai selera), tapi tidak mungkin meninggalkan kunyit, karena tidak bisa disebut Lempah Kuning tanpa menggunakan kunyit tersebut.