Jangan Bertanam Tebu di Bibir?!

Senin 17-05-2021,09:54 WIB
Editor : babelpos

PEMILU dan Pilkada Serentak 2024 masih lama. Namun, justru lamanya jedah waktu itu membuat kalangan politisi dan pekerja partai mulai mewanti-wanti. ----------------- Oleh: Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup -- PERTANYAANNYA, mengapa? Karena, Pilkada dan Pemilu langsung yang sudah berulang kali tentu sudah membuat rakyat makin cerdas dan memahami arti sebuah hajatan pemilihan langsung, serta arti penting memilih para pemimpin. Mempengaruhi dan mengajak rakyat sudah tidak semudah dulu lagi. Uang dan pemberian yang dulunya memang menjadi penentu, namun semakin lama semakin bergeser. Uang dan pemberian tetap penting, tapi ketokohan serta perbuatan dan jasa mulai lebih memegang peran. Ini pula agaknya yang membuat banyak pihak terutama partai mulai berjuang sejak dini. Bukankah siapa yang bertanam dialah yang akan memetik hasilnya? *** BAGAIMANAPUN, rakyat tepatnya suara rakyat dalam Pilkada dan Pemilu adalah penentu. Sementara, rakyat negeri ini adalah bak burung dara di tangan. Dipegang terlalu erat, mati. Dipegang terlalu kendor, lepas. Rakyat dalam era dimana pemilihan langsung serta Pemilu Legislatif yang juga langsung ini sudah berpengalaman \\\'ditipu\\\', \\\'dikerjai\\\', juga \\\'diiming-imingi\\\' oleh para calon. Secara tidak langsung itu sudah mendidik rakyat juga menjadi pandai \\\'menipu\\\', pandai \\\'mengerjai\\\', serta sudah pandai pula \\\'meng-iming-imingi\\\' para calon. Membuat luka begitu gampang, tapi menyembuhkan dan mengobati butuh waktu lama. Sembuh pun akan tetap membekas. Dengan kondisi seperti ini, berarti tak ada pilihan bagi para calon dan partai, selain harus benar-benar berupaya meyakinkan rakyat. Tak cukup dengan sejumlah uang, tak juga bisa lagi sekadar barang, tapi harus benar-benar total dan semuanya. Dan itu tentunya tak bisa hanya sekali dua, melainkan berulang-ulang dan berkali-kali. *** POPULARITAS tidak berbanding lurus dengan elektabilitas. Dalam arti, tenar dan nama ngetop saja tidaklah cukup untuk terpilih. Ini juga disadari benar oleh partai dan elite politik. Adalah wajar jika ada partai atau kader partai bahkan kepala daerah dari suatu partai mulai \\\'bertanam\\\'. Jika sapi pegang talinya, jika manusia pegang janjinya. Setiap kandidat hati-hati dengan kalimat ini. Menjadi calon pemimpin tidak boleh bertingkah seperti ular berekor belut. Apalagi bak srigala berbulu domba? Bertanam mulailah dari sekarang, tapi jangan tebu di bibir? ***

Tags :
Kategori :

Terkait