MENANTI “JAMU” UNTUK PARA PELAKU USAHA DAN PERBANKAN

MENANTI “JAMU” UNTUK PARA PELAKU USAHA DAN PERBANKAN

Dr. Reniati, SE.,M.Si--Foto: ist

Oleh: Dr. Reniati, SE.,M.Si

Ketua ISEI Cabang Pangkalpinang Koordinator Bangka Belitung

_________________________________________

High Uncertainity Perekonomian Global

Ditengah ketidakpastian perekonomian global, karena suhu geopolitik yang makin memanas, kita bersyukur karena perekonomian Indonesia masih berdaya tahan. Berdasarkan data BPS keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia di Triwulan I-2024 tumbuh sebesar 5,11% (yoy) ini lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2023 yang hanya bertumbuh 5,04% (yoy). Tetapi jika dicermati lebih jauh ada tiga wilayah yang mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Sumatera yang mengalami penurunan dari 4,79% menjadi hanya 4,24% dari periode yang sama di tahun lalu. Sedangkan untuk Jawa kuartal I-2023 sebelumnya 4,96% menjadi 4,84% dan untuk Sulawesi yang awalnya6,99% menjadi hanya 6,35%. Untuk daerah-daerah yang memiliki kontribusi pertumbuhan ekonomi terbesar yaitu Kalimantan, Bali dan Nusra serta Papua menunjukkan pertumbuhan yang menguat di kuartal I-2024. 

Bank Indonesia sendiri memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 4,7-5,5% (yoy) sebuah angka yang cukup optimis apabila didukung oleh permintaan domestik yang terus tumbuh dan juga investasi bangunan yang sejalan dengan berlanjutnya beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN). Sebagai institusi moneter yang mengemban tugas agar inflasi tetap terjaga dan nilai tukar Rupiah tetap terkendali, Bank Indonesia mengoptimalkan strategi operasi moneter “pro market”.

Seperti diketahui bahwa Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25%, suku bunga depocit facility sebesar 25 bps menjadi 5,50%, dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 7,00%. Pada awalnya kebijakan menaikkan BI Rate, sempat mengagetkan beberapa pimpinan perbankan yang mengkhawatirkan akan memperlambat langkah pemulihan ekonomi nasional, karena dampaknya terhadap pengetatan likuiditas kredit perbankan. Namun ternyata BI sudah sudah mempersiapkan sejumlah Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang diharapkan mampu menjaga perekonomian tetap pada jalur yang sudah ditetapkan longgar dan tidak sesak nafas untuk tumbuh (Pro Growth). 

BACA JUGA:Adaptasi Pemimpin Babel dengan Pilar Kepemimpinan “Blue Ocean Strategy” Dalam Menghadapi Tantangan Krisis

BACA JUGA:Babel Mencari Pemimpin

Supply dan Demand Side Pembiayaan

Sebelum menetapkan kebijakan terkait suku bunga dan pembiayaan. BI perlu menganalisis dua sisi yaitu Supply dan Demand Side Pembiayaan. Dari sisi Supply menunjukkan bahwa Kredit dan DPK perbankan pada Triwulan 4 I 2024 tumbuh positif. Pertumbuhan kredit ditopang oleh masih longgarnya appetite perbankan yang didukung oleh ketahanan likuiditas yang memadai. Indikatornya ada 4 (empat) point yaitu : (1) Pertumbuhan Kredit Menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, begitu pula dengan DPK. Dengan nilai pertumbuhan kredit (yoy) pada tahun 2024 sebesar 12,40 %, LDR (Skala kanan) sebesar 84,23%, dan Pertumbuhan DPK (yoy) sebesar 7,44%. (2) Peningkatan kredit terjadi di hampir seluruh sektor ekonomi, utamanya dikontribusikan oleh sektor pengangkutan, perdagangan, lga, industri & lain-lain (konsumsi). Sektor ekonomi terdiri dari Sektor pertanian, pertambangan, industri, LGA, Konstruksi, Perdagangan, Pengangkutan, Jasa Dunia Usaha, Jasa Sosial, dll. Dengan total Growth Maret 2024 sebesar 12.40% (yoy). Dan Growth maret 2024 sebesar 2.18% ytd. Dan pangsa pasar sebesar 100.00 % per maret 2024. Dan kontribusi yoy(%) maret 2024% maret 2023 sebesar 2.47% yoy. (3) Dari sisi supply, tingginya pertumbuhan kredit ditopang terjaganya appetite perbankan. Dengan KI yang semakin ketat sebesar -0.68 di susul oleh total perbankan -.90 dan KK sebesar -1,18, dan KMK sebesar -1,91. (4) Serta didukung ketahanan likuiditas yang memadai. 

Adapun untuk Demand, bisa dilihat dari Pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja korporasi & RT. Hal ini tecermin dari tingkat penjualan dan investasi korporasi yang masih tumbuh serta ekspektasi penghasilan konsumen yang meningkat. Indikatornya bisa dilihat dari 4 (empat) point yaitu : (1) Kinerja investasi korporasi masih tumbuh positif, tecermin dari penjualan dan investasi korporasi. Terlihat dari data yang menunjukkan kenaikan dari penjulan sales YTD Rp T (rhs), sales 12M Rp T (rhs), dengan g. sales 12M (%yoy) sebesar di Q1 sebesar 1.42(%yoy), dan Q2 sebesar 1.93(%yoy), dan g. Capex 12M (%yoy) dengan Q1 sebesar 8.22(%yoy), dan Q2 sebesar 8,36 (%yoy) di tahun 2024. (2) Potensi investasi masih tinggi seiring dg tk utilisasi yg jg tinggi terutama pd sektor kontributor utama spt industri, perdagangan, dan pertambangan. (3) Dari sisi RT, pertumbuhan konsumsi masih terjaga, terutama didorong oleh konsumsi sektor terseir. Jenis konsumsi berupa : a) Makanan dan minuman selain restoran (Primer), b) pakaian, alas laki dan jasa perawatannya(sekunder),c) perumahan dan perlengkapan RT ( Sekunder), d) Kesehatan dan Pendidikan ( Tersier), e). Transportasi dan Komunikasi ( Tersier), f) Restoran dan Hotel (Tersier), g)lainnya(Tersier). Dengan jumlah konsumsi RT (rhs) terakhir sebesar 4.37. (4) Ke depan konsumsi RT diprakirakan tetap tumbuh seiring dengan indeks ekspektasi penghasilan yang meningkat. Dengan angka Indeks Ekspektasi Penghasilan di tahun 2024 sebesar 139,41.

BACA JUGA:DEMOKRASI ; PENYAKIT YANG BENAR PADA PASIEN YANG SALAH

BACA JUGA:POLITIK BELAH BAMBU DI PILKADA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: