Dari Kampung Bintang, Tai-ling, Sakan, Camui, Punki...

 Dari Kampung Bintang, Tai-ling, Sakan, Camui, Punki...

--

BABELPOS.ID.- PANGKALPINANG.- Banyak yang bertanya, mengapa ada Kampung Bintang?  kenapa dinamakan Kampung Bintang?  

Sejarahwan Bangka Belitung (Babel), Akhmad Elvian punya jawabannya.  Dan itu semua bertolak dari fakta histori dan literatur yag ada.

''Kampung Bintang adalah salah satu contoh awal perkampungan di Pulau Bangka yang didirikan oleh pekerja-pekerja tambang timah dari Cina di bekas penambangan Timah (verlaten mijn),'' ujarnya. 

Proses penambangan Timah dengan Teknologi Kulit dan Teknologi Kolong yang memisahkan antara air kental tanah galian (tjiong) dengan pasir Timah dengan menggunakan roda air (tjiatiauw) menghasilkan lumpur tanah liat yang oleh orang Bangka dikenal dengan sebutan tai parit atau dalam istilah lainnya disebut tailing

BACA JUGA:Sarat dan Musung Madu

Pada lokasi dekat tailing yang menumpuk, pekerja parit penambangan Timah kemudian mendirikan rumah-rumah bedeng (rumah kepung) sebagai tempat pemukiman mereka dan lambat laun pemukiman tersebut berkembang menjadi perkampungan yang mereka sebut dengan nama Nai Si Puk. Sebutan-sebutan menggunakan bahasa Cina dialek Hakka untuk berbagai istilah penambangan Timah di Pulau Bangka masih melekat dan digunakan orang Bangka hingga saat ini.

''Seperti; Sakan (papan pengayak pasir), Camui (lubang galian), Kioktjo (cangkul atau pacul), Punki (keranjang kecil mengangkut tanah), Tamkon (pikulan punki), Tjiathong (palung air) dan banyak lagi istilah-istilah pertambangan Timah lainnya,'' ujar Akhmad Elvian menguraikan.

BACA JUGA:Sistem Kun/Kong Atau Dagtaak

Kampung Bintang itu...

Orang Darat pribumi Bangka dan orang Melayu menyebut Nai Si Puk dengan kampung Bintang karena terjadinya “insiden bendera” atau perselisihan tentang bendera bergambar Bintang yang terjadi sekitar tahun 1927 Masehi, ditandai oleh peristiwa pemaksaan kehendak orang-orang Tionghoa pro-nasionalis di Pangkalpinang yang menghendaki digantinya bendera Tiongkok di sekolah HCS (Hollands-Chinese School) Pangkalpinang. Pada sekitar bulan November 1907 Masehi, orang-orang Tionghoa di Pangkalpinang yang umumnya pekerja pada parit penambangan Timah mendirikan Cabang Partai Persatuan Rakyat yang berpaham nasionalis. Partai ini kemudian pada tahun 1911 Masehi memproklamir namanya menjadi Kuo Min Tang (KMT) (Pinyin: Zhongguo Guomindang). 

Orang-orang Tionghoa di Pangkalpinang juga kemudian mendirikan partai Kuo Chang Tang (Pinyin:Zhongguo Gongchandang). Partai berpaham komunis ini didirikan di Cina pada bulan Juli tahun 1921 Masehi oleh Mao Zedong. 

BACA JUGA:Jalan Trem, Trem Seberang dan Kampung Puput

Sejak berdirinya dua partai di Cina termasuk pendirian cabangnya di Pangkalpinang, antara orang-orang Tionghoa di Pangkalpinang sering terjadi perselisihan dan mereka selalu membawa bendera masing-masing yang intinya bergambar Bintang. Orang-orang Darat pribumi Bangka dan orang Melayu kemudian menamakan kawasan Nai Si Puk yang pada waktu itu banyak berkibar bendera bergambar Bintang dengan sebutan Kampung Bintang. 

Aktifitas kaum nasionalis atau anggota partai Kuo Min Tang di Pangkalpinang semakin meningkat pada sekitar tahun 1920 Masehi dengan berdirinya pusat pendidikan bagi orang dewasa Soe Po Sia (M:Shubaoshe) dan berdirinya beberapa sekolah THHK (Tiong Hoa Hwe Koan). HCS (Hollands-Chinese School) yang didirikan pemerintah Kolonal Belanda untuk orang-orang Tionghoa Bangka kurang populer dan diminati dibandingkan dengan sekolah Tiong Hoa Hwe Koan (THHK) yang didirikan oleh cabang Partai Nasionalis Cina Kuo Min Tang (KMT). Tiong Hoa Hwe Koan (THHK) lebih populer dan lebih diminati orang Tionghoa Bangka daripada HCS karena THHK mengajarkan Bahasa Inggris dalam sekolah yang berbahasa Tionghoa dan orientasi lulusan THHK umumnya pergi ke Singapura, Hongkong dan Tiongkok. Pada masa sekitar awal abad ke-20 sedikitnya terdapat sekitar 6 (enam) Tiong Hoa Hwe Koan (THHK) yang berdiri di Pangkalpinang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: