BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Sembilan)

BENTENG PENUTUK   DI PULAU LEPAR  (Bagian Sembilan)

Oleh: Dato’ Akhmad Elvian, DPMP

Sejarawan dan Budayawan

Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia

 

BERDASARKAN Staatsblad 1877 Nomor 239 tentang instruksi kepada Posthonder di Distrik Kepulauan Lepar (District Lepar Einlanden Banka) dari Kantor Syahbandar, dapat disimpulkan, bahwa kantor Syahbandar District Lepar Einlanden juga dijadikan sebagai kantor Posthonder. 

-------------

BACA JUGA: BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Delapan)

POSISI kantor Syahbandar diduga berada di lokasi bekas Menara Suar Besi (Ijzeren Vuurtoren)  di Tanjoenglaboe (ibukota district Lepar Einlanden). Saat ini pada lokasi tidak terdapat lagi menara suar besi dan yang tersisa hanya pondasi semen untuk kedudukan menara suar, dan di sekitar lokasi terdapat sisa beberapa bangunan cukup besar yang tidak utuh lagi tanpa atap dan pada bagian-bagian dinding tidak utuh lagi, bentuknya mirip bangunan kantor dan rumah tinggal yang posisinya berada pada Pantai Lampu Tanjunglabu, serta menghadap ke arah Pulau Leat atau Liat  atau menghadap ke Selat Macclesfield (Macclesfield Strait) yang oleh Orang Laut Pribumi Bangka disebut Selat Selat Lepila. Tanjoenglaboeh dijadikan ibukota distrik Kepulauan Lepar oleh Pemerintah Keresidenan Bangka, sekaligus memindahkan pusat kegiatan kepemerintahan dan kemasyarakatan yang awalnya pada masa Kesultanan Palembang Darussalam berada di wilayah Goenoeng dan Penoetoek serta kampung Ayer (Aik) Menga.

BACA JUGA:BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Tujuh)

Terkait dengan kabar berita dan kelanjutan keberadaan Raden Ali, kepala Pulau Lepar yang ditugaskan oleh sultan kesultanan Palembang Darussalam masa sultan susuhunan Muhammad Bahauddin (Tahun 1776-1803 M) serta bagaimana catatan sejarah perjuangannya melawan pemerintah Hindia Belanda, terutama setelah terjadi pertempuran sengit pada tanggal 24 Desember 1820, yaitu saat pasukan besar yang dipimpin oleh Raden Ali mengepung dan menyerang Benteng Toboali dari laut dengan menggunakan sejumlah besar perahu dan mengibarkan bendera Raden Ali,  dan pertempuran berakhir sekitar pukul 11 pagi, ketika Raden Ali beserta pasukannya meninggalkan lokasi pertempuran di sekitar  Benteng Toboali mengatur arah menuju ke Pulau Lepar, sebagaimana dimuat dalam laporan A, Meis, Kapitein-Adjudant bij den Generaal-Majoor, Kommandant van het Nederlandsche Oost-Indische leger dalam Verhaal Palembangschen Oorlog van 1819-1821, dan berita tentang Raden Ali tidak diketahui keberadaan dan bagaimana kelanjutan perjuangannya. 

BACA JUGA: BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Enam)

Berita selanjutnya tentang perjuangan Raden Ali penguasa awal Pulau Lepar, baru ditemukan kembali pada sekelumit catatan dalam Laporan umum residen Bangka selama Tahun 1850 (Algemeen Verslag Der Residentie Banka Over Het Jaar 1850), bundel Bangka Nomor 41. Laporan dibuat seiring dengan masa-masa akhir perlawanan rakyat Bangka yang dipimpin Depati Amir (Tahun 1848-1851). Dalam Algemeen Verslag Der Residentie Banka Over Het Jaar 1850, bundel Bangka Nomor 41, sedikit menyatakan tentang proses penangkapan Raden Ali oleh Belanda. Selengkapnya laporan tersebut berbunyi bahwa: “Istri Demang Kurau yang dahulu menikah dengan penguasa pulau Lepar Raden Ali dan memiliki banyak keberanian pribadi. Dia telah menunjukkan jasa yang baik dalam penyerangan terhadap Toboali dan selama perang Palembang serta bagi penyerahan Raden Ali kepada pemerintah, menyediakan sebuah perahu.... Pengaruhnya terutama terasa pada kondisi ini”. Tampaknya berdasarkan laporan Belanda disimpulkan bahwa Raden Ali ditangkap oleh pemerintah Belanda melalui bantuan dari bekas istrinya yang telah bercerai dan kemudian menjadi istri Demang Kurau.

BACA JUGA:BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Lima)

Catatan berikutnya tentang Pulau Lepar adalah berdasarkan laporan Residen Bangka menjelang Tahun 1860, bahwa di Pulau Lepar terjangkit beberapa epidemi cacar, kolera, dan penyakit lain. Hal ini disebabkan karena gagalnya panen padi, sebagai akibat dari musim kemarau yang terlampau lama dan banyaknya hama yang menyerang jenis tanaman ini. Berhubung sulitnya mencari bahan makanan pokok, orang mencoba makan apa adanya, dengan mengabaikan kesehatan. Akibatnya muncul epidemi penyakit di pulau ini.  Salah satu alasan kenapa di Pulau Lepar saat ini kita menjumpai keahlian rumah tangga dalam satu keluarga memiliki kepandaian mengolah berbagai jenis makanan, mungkin dikarenakan kondisi seringnya gagal panen sehingga harus memanfaatkan semua potensi yang ada di pulau dan kemudian mengolahnya sebagai sumber makanan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: