PUISI-PUISI SOFHIE

PUISI-PUISI SOFHIE

--

PUISI-PUISI SOFHIE

 

Pantai Matras

 

menelusuri sepanjang Matras

ada rasa panas menjalar dalam rongga dada

keindahan pasir yang terhampar

birunya air laut yang menawan netra

dirusak oleh pemandangan yang terpampang jelas di pelupuk mata

kapal-kapal isap berhamburan, bersusun manis mengantre

di tengah pantai

para nelayan lelah menjerit, para pemancing silih berganti bertukar lokasi

karena kail mereka tak lagi diminati

karena ikan-ikan pergi mengungsi

karena karang hancur tak diurusi

karena keserakahan semua tak peduli

karena kita, manusia, pemangku kepentingan lebih tertarik pada angka-angka daripada panorama indah

akankah di suatu hari, kejernihan air laut dan sekelompok ikan kembali

bila senja tiba menghampiri

 

 

 

Mata Mentilin

 

Seekor mentilin bergayut di pohon tua

ketika di suatu siang langkahku menapak jalan setapak menuju kebun sahang

matanya mataku bicara dalam diam

aku terpaku oleh tatapannya yang sayu merindu

 

teringat olehku gambaran wajahnya di mesin pencarian atau lukisan yang dipajang dalam sebuah pertemuan

kini aku menatap langsung tak percaya

di antara kebun sahangku diapit oleh sawit-sawit tak bertuan, entah siapa

 

ladang kecil kami di tengah pohon penghasil minyak goreng itu

sesak diimpit pemandangan kaku

sendiri berdiri berjibaku dengan peradaban yang mungkin akan tenggelam

kanan kiri depan belakang tak ada lagi huma, tak ada asap tungku yang menanak nasi sembari bergurau nikmati nasi putih, sambal terasi, dan ikan asin peda

 

Akh, beginilah rasanya sepi

Mentilin nikmati hari

tiada lagi teman, tiada lagi pohon-pohon tempatnya bercengkerama

aku pamit pada matanya

baik-baik saja di sini

entah akan bertemu lagikah esok hari

atau wajahmu ditemukan lewat pencarian kembali oleh generasi nanti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: