Siapa Gerangan Dara yang Beruntung itu?
Bujang Pede--
BUJANG akhirnya bisa memahami jika Wak Ijah Emaknya terus mendesak perkara jodoh. Karena sebelum Bapaknya meninggal dunia, Bapak terus berpesan agar anak semata wayang mereka itu segera bekeluarga. Jadi, jika memang Bujang sudah beristri dan punya anak, maka berarti kewajiban orang tua mengantarkan anaknya sampai ke jenjang pernikahan tercapai sudah.
Meski di satu sisi Bujang merasa berat jika harus menerima jodoh yang ditetapkan Emak. Bujang tetap memimpikan Maysaroh lah jodohnya.
''Apa kabar May?'' Bujang iseng siang itu mengirim pesan WA ke Maysaroh.
Sambil menunggu balasan dari Maysaroh sang idola, Bujang berpikir dan berharap masih ada peluang ke sang idola itu. Maysaroh juga harus tahu problem yang tengah ia alami. Bujang PeDe kini terdesak akan dijodohkan oleh Emaknya. Ini semua gara-gara Mauysaroh tak pernah memberi kepastian.
''Sehat Bang. Bang Bujang gimana?'' tiba-tiba Maysaroh membalas.
Pucuk dicinta ulam tiba.
''Jasmani sehat, namun batin ini entah begitu merana...'' Bujang mulai menggunakana bahasa yang romatis.
''Waduh, kenapa pula itu?'' Maysaroh sudah tahu gaya Bujang tiap kali menghubungi dia.
''Apakah tak pernah terdengar kabar angin atau kabar burung yang menyangkut risalah hidupku, May? Atau memang kau tak peduli lagi?''
''Apa gerangan yang terjadi, sampai kalimat Abang begitu terluka dan merana rada-radanya?''
''Maaf May. Aku cuma mau berkabar, bahwa mungkin tak lama lagi aku akan mengakhiri kesendirian ini,'' ujarb Bujang memulai.
''Waduh, Dara mana yang beruntung itu?'' Maysaroh terpingkal sendiri dengan kalimatnya ke Bujang PeDe.
''Aduh May. Begitu pedih kalimat yang kau lontarkan. Seolah kau mensyukuri keadaanku?'' Bujang menimpali.
''Memang kenapa? Abang tak mau dengan orang yang dijodohkan ke Abang?''
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: