44 Ribu Warga Bateng Tidak Tamat SMP, Ini Penyebabnya

44 Ribu Warga Bateng Tidak Tamat SMP, Ini Penyebabnya

Algafry Rahman --Sindi/Yandi

BABELPOS.ID, KOBA - Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka Tengah (Bateng), Iskandar mengungkapkan angka putus sekolah di Kabupaten Bangka Tengah (Bateng) masih cukup tinggi.

"Masih cukup tinggi, terutama saat pandemi Covid-19 kemarin, tapi setelah pandemi perlahan-lahan sudah bisa ditekan," ujar Iskandar pada Senin (8/5/2023).

Diungkapkan Iskandar, se-Kabupaten Bangka Tengah, dari yang muda sampai yang tua, jumlah masyarakat yang tidak tamat SMP ada sekitar 44 ribu orang dan tidak tamat SMA sekitar 8.600 orang.

BACA JUGA:Peringatan Hari Guru Nasional, Ketua DPRD Bateng Harapkan Angka Putus Sekolah Zero

Ia menuturkan, tingginya angka putus sekolah, terutama pada jenjang SMP tersebut, karena ada sebagian yang memang tidak melanjutkan pendidikan setelah lulus SD dan ada juga yang putus di tengah jalan.

"Maka dari itu dalam meningkatkan rata-rata lama sekolah cukup berat. Kami berupaya agak keras sedikit untuk menaikkan angka rata-rata lama sekolah di Bangka Tengah ini," tuturnya.

BACA JUGA:Optimalisasi Peran PKBM, Dosen Unmuh Babel Berdayakan Anak Putus Sekolah Desa Batu Beriga

Menurutnya, yang juga menjadi permasalahan adalah bahwa angka rata-rata lama sekolah tersebut dihitung dengan mengambil data penduduk yang usianya sudah 25 tahun ke atas dan dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

"Itu kan sudah bukan usia sekolah lagi dan ternyata menurut data BPS, orang di Bangka Tengah yang sudah produktif dan segala macamnya banyak yang tidak tinggal di Bangka Tengah, itu tidak masuk hitungan, jadi yang menetap di Bangka Tengah itulah yang dihitung," jelasnya.

BACA JUGA:Tahun Ini Dindik Bateng Bakal Salurkan 1.200 Peralatan Sekolah ke Siswa Kurang Mampu

Meskipun begitu, menurut Iskandar banyak juga masyarakat yang memiliki pendidikan yang tinggi dan bagus.

Sementara itu, Bupati Bangka Tengah, Algafry Rahman mengatakan bahwa kasus putus seolah berkaitan dengan ketidakmampuan ekonomi dan ketidakpahaman dari orang tua.

Pihaknya merasa bahwa hal ini erat kaitannya antara orang tua dan siswa, dimana mereka yang putus sekolah itu merasa karena mudahnya mendapatkan uang.

"Misalnya dengan menambang timah, itu ada korelasinya dengan putus sekolah, karena mudahnya mendapatkan uang," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: