Sabar hingga akhir Ramadhan

Sabar hingga akhir Ramadhan

Rio Setiady--

RAMADHAN diistilahkan juga dengan syahrush shabr atau bulan kesabaran,  Karena puasa ramadhan adalah aktivitas menahan diri dari yang membatalkan (puasa), sejak terbitnya fajar sampai terbenam matahari. Juga tentunya menahan diri dari yang merusak kualitas puasa Ramadhan. Tentu semuanya membutuhkan kesabaran dan mujahadah.

Sehingga, usaha dilakukan adalah menjaga stamina baik jasadiyah dan ruhiyah. Sebab, pertarungan pada bulan mulia ini, tidak sebatas fisik, tapi lebih dari itu adalah mental spiritua atau ruhiyah. Ketahanan fisik kita bs mendapatkan informasi dari para ahli kesehatan, lantas bagaimana dengan ketahanan ruhiyah atau spiritual?

Ada dua jenis tantangan dalam menjaga stamina ruhiyah Ramadhan. Pertama, tantangan dalam diri kita sendiri. Sebagaimana ayat faalhamaha fujuuraha wa taqwaaha - maka Kami ilhamkan kepada jiwa manusia jalan kejahatan dan jalan ketakwaan. Jadi, kita memiliki potensi keburukan dalam diri kita. Bulan Ramadhan adalah saat untuk menekannya. Tapi, di sisi lain itu sekaligus lawan yang akan mengganggu dan merusak puasa kita. Sebagian dari kita ada yang menang dan ada pula yang kalah melawan potensi buruk itu.

Kedua, tantangan dari luar diri kita. Seperti ayat yuwaswisufi shudurin naas, minal jinnati wan naas. Jadi, setan dengan bala tentaranya juga tidak tinggal diam. Mereka menganggu kita, termasuk saat kita ibadah saum ini. Dibuatnya kita malas, disibukkan dengan yang tidak bermanfaat dan sebagainya. 

Termasuk juga, gangguan dari manusia yang tidak mengindahkan kehormatan bulan Ramadhan, dengan berbagai sarana. Mereka mengganggu dengan tayangan yang juga tetap membuka aurat, pergaulan bebas, ghibah, namimah dan sebagainya.

Lalu bagaimana solusinya?

Paling tidak ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk melindungi diri, bahkan serangan balik kepada potensi buruk tadi. Pertama, berkumpul / rajin berkomunikasi dengan orang-orang saleh. Sebab interaksi kita dengan mereka akan menjadi rem dan kontrol untuk diri kita dari keinginan berbuat buruk. Sebaliknya, akan melahirkan kebiasaan baik yang tertular dari mereka. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Keadaan seseorang tergantung bagaimana agama kawan dekatnya."

Kedua, tarbiyah dzatiyah, yaitu kemampuan seseorang dalam menempa dirinya sendiri. Yaitu dengan membuat agenda-agenda amal saleh yang disiplin, dengan kurikulum yang sesuai dengan sunah. Seperti wirid pagi dan petang, shalat sunah, tilawah Alquran, membaca sirah nabi dan shalihin. Semua ini merupakan nutrisi rohani yang kuat bagi kita sebagai power cadangan menghadapi tantangan saat Ramadhan.

Semoga dengan ikhtiar ini dapat menjaga stamina ruhiyah Ramadhan kita hingga sampai dengan akhir Ramadan, insyaallah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: