Puisi Anggia Maghfirah
--
Diksi Perindu
Sapaan hangat dari alammu
Angin pantai membuai kalbu
Debur ombak mengalun merdu
Mengguncang hati para perindu
Jejak pejuang menapaki tempat baru
Asing dan merasa menjadi tamu
Segala gerutu berusaha dibelenggu
Demi berjuta asa dan menggali ilmu
Sejauh apapun kaki ini terus melaju
Makanan itu yang tetap menjadi candu
Ketenangan dari hiruk yang menggangu
Selalu menjadi tempat nyaman bagiku
Pada langit biru tanpa ragu kumerayu
Tuk mengangkasakan aksara rinduku
Pada mereka semua yang menunggu
Agar bisa segera kembali bertemu
Bangka, tempat yang menjadi saksi bisu
Kisah perjalanan dara tuk terus maju
Melangkah berlindung pada doa ayah ibu
Dengan segala harap yang menyeru
Provinsi pertamaku yang semakin bermutu
Cina melayu hidup tak pernah saling adu
Beragam adat budaya menyatu padu
Hendaknya jaya dan rahayu selalu
Merayu Waktu
Berkaca aku di cermin yang semu
Penuh tanya hingga jawaban keliru
Tak mengerti dengan dunia tipu-tipu
Sampai kapan diri ini berhenti berpacu
Sesuatu yang terjadi hanyalah perihal waktu
Tanpa perlu satu sama lain menggerutu
Tak harus pula serta merta terburu-buru
Hanya tuk sekedar memuaskan nafsu
Melawan ego yang terus berjibaku
Intensi ingin tiba di tujuan lebih dulu
Padahal tak semua hal harus sesegera itu
Ada proses yang dilalui meski sewindu
Memberi jeda terkadanglah perlu
Berjalanlah sesuai garis tanpa beradu
Pasti akan sampai setelah jalan berliku
Asalkan senantiasa melangkah maju
Lambat bukan berarti tidak mampu
Tapi hanya sedang merayu waktu
Berkenankah untuk lebih lama menunggu
Hasil yang tentu jauh lebih bermutu
Anggia Maghfirah. Mahasiswa kelahiran Sungailiat, 24 Mei 2002. Penulis berdomisili di Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka. Dapat dihubungi di [email protected]
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: