Kreatif! Begini Cara SMP 5 Toboali Peduli Sampah

Kreatif! Begini Cara SMP 5 Toboali Peduli Sampah

Kepsek SMP 5 Toboali menunjukkan pupuk cair inovasi siswa ya dari limbah rumah tangga.--Ilham

BABELPOS.ID, TOBOALI - Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 (SMP N) Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan (Basel) menjadi salah satu sekolah yang akan mengikuti adiwiyata tingkat sekolah se Basel.

Hal inilah yang memotivasi SMP 5 Toboali untuk merubah berbagai macam sampah dari botol plastik menjadi banyak sekali kerajinan tangan.

Kepala sekolah SMP 5 Yurianto menyampaikan, siswanya sejak awal sudah ditanamkan peduli sampah.

"Karena memang mayoritas yang paling banyak peduli dengan sampah adalah para pelajar," ungkapnya, Senin (10/04).

BACA JUGA:Melalui Bank Sampah, DLH Basel Sudah Beli 300 Kg Sampah dari Masyarakat

Beragam jenis kerajinan tangan yang dihasilkan dari mengolah sampah botol plastik bekas serta sampah plastik bekas makanan seperti, kursi, meja, tas keranjang, asbak, pot tanaman gantung, bunga dari plastik.

"Semua produk tersebut murni dibuat oleh para murid yang dibimbing oleh para guru," ucap Yurianto.

Dikatakan Yuri, pihak sekolah juga mengikuti program Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Basel yaitu bank sampah. "Kalau orang menabung dengan uang tetapi kalau di sekolah mereka menabung sampah yang dikumpulkan oleh para murid dan disetorkan ke sekolah setiap hari Selasa," tuturnya.

"Sampah ini kita beli dari para murid sebesar Rp 2.000 per kilo, jadi mereka menabungnya dengan menggunakan sampah," jelasnya.

BACA JUGA:Seribu Orang Peduli Sampah Kumpul di Pantai Nek Aji

Selain itu pihaknya juga sedang membuat pupuk cair dari bahan air bekas cucian beras, dengan komposisi 1,5 liter air bekas cucian beras, gula pasir 3 sendok, EM3 75 ml, lalu didiamkan selama 13 hari, dengan cara difermentasi dan membuka tutup botolnya setiap pagi selama 13 hari.

"Pupuk cair ini pas hari kesepuluh ketika kita buka tutupnya maka akan menghasilkan aroma wangi, itu tandanya pupuk ini siap digunakan, untuk tanaman maupun untuk kembang," tuturnya.

Meski pupuk cair ini belum dibuktikan, namun sudah menjadi salah satu inovasi para guru dan murid. Apalagi sekolah mereka mengikuti Adiwiyata yang mengharuskan mereka menciptakan banyak inovasi dari sampah.

"Nanti kita akan berkoordinasi juga dengan pihak Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan (DPPP) Basel mengenai pupuk cair ini, dan langsung kita gunakan pupuk ini di tanaman belakang sekolah," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: