Ketar-ketir Produk Hasil Hilirisasi, Herwandro: Apa Laku?
Herwandro Aditya dan Ridwan Djamaluddin- FOTO: babelpos.id Ilust-
Ridwan: Jangan Sampai Kita Tak Bisa Menjualnya
HILIRISASI timah yang terus didorong pemerintah pusat, ternyata masih membuat ketar-ketir juga bagi pelaku usaha. Pasalnya, pelaku usaha ini masih ragu produk hasil HILIRISASI timah ini apakah bisa bersaing di pasar dalam maupun luar negeri nantinya?
Demikian disampaikan Wakil Ketua Asosisasi Eksportir Timah Indonesia (AETI), Herwandro Aditya kepada Babel Pos belum lama ini.
Meski demikian nantinya memang keraguan tersebut akan menjadi tantangan bagi pelaku usaha.
"Apa produk hilirisasi dari Babel akan mendunia? belum tentu. Inilah yang saya katakan tantangan kita berikutnya (setelah hilirisasi), berusaha menjual produknya karena berbeda dengan menjual timah (batangan) yang sudah berpuluh-puluh tahun, dan memang sudah terkenal," katanya.
Selaku petinggi di PT Mitra Stania Prima (MSP), Harwendro mengaku bahwa perusahaannya sendiri siap untuk membangun sebuah pabrik di Babel untuk menghasilkan tiga produk, yakni Tin Plate, Tin Solder serta Tin Chemical. Dan saat ini, hilirisasi itu masih tahap kajian Feasibility Study (FS).
Oleh karenanya, AETI optimis untuk hilirisasi dan memang banyak anggotanya mendorong untuk hilirisasi. Berapa nilai pabrik yang akan dibangun, menurut dia, hal itu masih dalam kajian konsultan bisnisnya.
"Jadi tergantung dari konsultan bisnis kami, mana yang bagus dan terbaik. MSP siap, Insya Allah masih (bangun hilirisasi) di Babel," ungkap dia.
Terpisah, Dirjen Minerba Kementerian ESDM RI Ridwan Djamaluddin juga mengaku bahwa upaya selanjutnya setelah hilirisasi dibangun ialah memasarkan produknya.
"Jadi jangan sampai yang kita hasilkan dari pabrik tapi tidak bisa menjualnya. Pemerintah hanya bisa memfasilitasi, tadi ada masukan untuk intensif fiskal dan non fiskal, itu akan kita pertimbangkan," ujarnya.
Lebih lanjut, Pejabat Gubernur Babel mengusulkan hilirisasi ini dilakukan secara bertahap dan ekspor timah tidak langsung dihentikan begitu saja.
“Dokumen sudah kami laporkan kepada Menteri, secara umum kita mengusulkan siap hilirisasi. Cuma kalau bisa bertahap, dan tidak nol lah ekspor logamnya,” ucap RD ketika ditemui di Seminar Nasional Bertemakan ‘Peluang dan Tantangan Hilirisasi Mineral’, Sabtu (18/03/23).
“Jadi akan dibuat skenario bagaimana kita melaksanakan kewajiban hilirisasi tapi tetap ada ruang kita menyiapkan diri,” sambungnya.
Dirinya juga menjelaskan, berdasarkan hitungan teknis, pembangunan pabrik guna menunjang hilirisasi komoditas timah di Babel bisa selama 23 bulan, dengan investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 500 Miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: