Tahun 2022, Ekonomi Babel Tumbuh, Tapi di Bawah Nasional?

Tahun 2022, Ekonomi Babel Tumbuh, Tapi di Bawah Nasional?

--

KANTOR Wilayah (Kanwil) Ditjen Perbendaharaan (DJPb) Bangka Belitung (Babel) kembali memaparkan Analisis Ekonomi Regional Tingkat Perekonomian Babel tahun 2022, Selasa (7/3) lewat Diseminasi Kajian Fiskal Regional (KFR) 2022.

Diseminasi juga dihadiri pemangku pemerintah daerah, Bank Indonesia, BPS serta local expert. Kepala Kanwil DJPb Babel, Edih Mulyadi memaparkan, secara y-o-y mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,40 persen, namun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,31 persen.

"Terdapat tiga lapangan usaha yang mendominasi struktur PDRB Babel pada tahun 2022, yaitu Industri Pengolahan dengan kontribusi sebesar 21,84 persen, diikuti oleh Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 19,19 persen, kemudian Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 15,72 persen," kata Edih.

"Secara m-to-m, pada Desember 2022 Babel mengalami inflasi sebesar 1,15 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi nasional yang inflasi sebesar 0,66 persen (m-to-m). Sedangkan, jika dibandingkan secara y-o-y, inflasi di Babel sebesar 5,38 persen, naik 1,63 poin persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2021 yang sebesar 3,75 persen," ujarnya.

Untuk tingkat kemiskinan di Babel pada Maret 2022 yang sebesar 4,45 persen menjadi tingkat kemiskinan terendah secara nasional yang berada di angka 9,54 persen.  

"Meskipun demikian, garis kemiskinan Babel adalah yang tertinggi di Indonesia. Pada Maret 2022, garis kemiskinan nasional sebesar Rp505.469 per kapita per bulan dan garis kemiskinan Babel sebesar Rp801.437 per kapita per bulan," katanya.

Lanjut Edih, sampai dengan akhir tahun 2022, realisasi pendapatan APBN di Babel sebesar Rp4,09 triliun atau 121,76 persen dari target, tumbuh 35,70 persen (y-o-y). Realisasi Pendapatan Negara di Babel dari tahun 2020-2022 menunjukkan peningkatan, baik secara nominal maupun persentase realisasi. "Hal ini disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas perekonomian di Babel seiring dengan meredanya kasus Pandemi Covid-19," ucapnya.

Penerimaan Perpajakan memberikan kontribusi terbesar, yaitu 95,02 persen dari total pendapatan APBN, bersumber dari Penerimaan Pajak (88,70 persen) dan Penerimaan Bea Cukai (6,31 persen).

Realisasi Belanja APBN di Babel sampai dengan akhir tahun 2022 mencapai Rp10,72 triliun atau 108,30 persen dari pagu, tumbuh sebesar 8,97 persen (y-o-y) disebabkan oleh peningkatan realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD).

Mengenai Analisis Sektor Unggulan dan Potensial Regional, kata dia, berdasarkan hasil analisis DLQ, SS-EM, dan Tipologi Klassen, didapatkan bahwa sektor unggulan Babel adalah Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.

Tantangan yang dihadapi untuk mengembangkan sektor unggulan di Babel, yaitu kebanyakan nelayan dan petani di Babel masih bergantung pada tengkulak yang memberikan mereka modal namun membeli hasil tani dan melaut mereka dengan harga di bawah pasaran; faktor cuaca di Babel yang bisa menghambat pelaksanaan anggaran, misalnya pembangunan irigasi untuk mendukung sektor pertanian. Sektor potensial di Babel yaitu Sektor Pariwisata.

"Tantangan yang dihadapi untuk mengembangkan sektor potensial di Babel, yaitu pembangunan infrastruktur yang belum merata. Infrastruktur seperti jalan dan pelabuhan perlu mendapat perhatian khusus untuk membuka jalur konektivitas antardaerah," imbuhnya.

"Berdasarkan hasil reviu, kinerja makro kesra regional Babel tahun 2022 secara keseluruhan sudah baik, ditunjukkan dengan hampir semua indikator telah mencapai target. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian, yaitu terkait inflasi yang masih melampaui batas, serta rata-rata lama sekolah (RLS) dan harapan lama sekolah (HLS) yang belum memenuhi target," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: