Falsafah 'Mencet Balon' Bang Zul?

Falsafah 'Mencet Balon' Bang Zul?

Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup--

SALAH satu birokrat dan tokoh politik yang sangat dikenang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) ini adalah, Walikota Pangkalpinang 2 Periode, Almarhum Drs H Zulkarnain Karim MM.  

Oleh: Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup

MESKI kadang kebijakannya kontroversi, namun punya arah dan visi. Sehingga apa yang yang menjadi cita-cita dan ambisi itu akhirnya diakui bahkan sampai kini.

Salah satu yang banyak ditolak masyarakat saat itu adalah ketika ia akan membangun Alun-alun Taman Merdeka yang sekarang memang menjadi pusat keramaian di Ibukota Provinsi Kepulauan Babel.  

Alasan penolakan saat itu adalah karena Lapangan Merdeka adalah lapangan yang penuh histori. Zulkarnain Karim semestinya mempertahankan dan mengembangkan lapangan itu, bukan malah mengalihfungsikannya.  

Tidak main-main saat itu. Penolakan sampai ke Menpora.  

''Di depan Menpora, Zulkarnain dengan santai menjelaskan bahwa Lapangan Merdeka tidak mungkin dikembangkan untuk kepentingan pertandingan sepak bola, karena tidak memenuhi standar.  Kalau pagi, pemain yang berada di sisi Selatan silau oleh matahari, kalau sore giliran yang di sisi Utara silau. Tiang gawang juga tidak bisa dipindahkan Barat dan Timur, karena sudah diapit 2 jalan yang tidak mungkin ditutup. Kalau memang mau main sepak bola, Stadion Depati Amir sudah sangat memenuhi standar dan masih dalam kota,''  ujar Zulkarnain Karim.

Semua saat itu terdiam dan mengakui alasan yang dikemukakan Zulkarnain Karim.  

''Histori Lapangan Merdeka takkan hilang, karena itu jadi alun-alun Taman Merdeka,'' ujarnya santai.

Semua terbukti.  

''Bener-benar luar biasa otak Bang Zul neh,'' ujar yang menentang bercerita ke penulis.

Satu lagi yang menarik, ketika akan membongkar salah satu bangunan bioskop di Bangka Trade Centre (BTC) sekarang.  Saat itu, penolakan dan unjuk rasa nyaris setiap hari. Padahal saat itu, secara politis Bang Zul punya kepentingan, karena akan mencalonkan diri untuk periode kedua.

Di sisi lain, Harian Babel Pos termasuk yang paling getol memberitakan penentangan dari warga itu.  

Merasa tidak nyaman dengan keadaan Kota Pangkalpinang saat itu, penulis menghadap secara pribadi.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: