Bujang Pede: Zaman Sosialisasi

Bujang Pede: Zaman Sosialisasi

--

BUJANG terlihat murung. Wajahnya kusut. Apalagi pikiranya, kacau. Maklum, sedang bokek. 

Duit dari Emak ludes sudah tak perlu menghitung hari. Di dompet tak lagi tersisa apa apa selain KTP.

Dari tadi kerjanya cuma buka tutup hp saja. Melihat status orang. Buka Facebook, Intstagram, Twitter, Tik Tok. Tapi tak ada selera dia melihat postingan di sana. Buntu dan bokek kali ini benar-benar membuat dirinya merana.

Tiba-tiba ada pesan WA yang masuk pesan. Ping, pesan dari Grup "Warkop Mang Gareng". 

Undangan sosialisasi. Melihat postingan itu Bujang PeDe langsung semangat. Energinya tiba-tiba muncul. 

"Ah makan, kopi, dan rokok gratis ini. Kalau mujur dapat amplop," kata Bujang dalam hati.

Tanpa pikir panjang, Bujang lansung menyambar jaket lusuhnya. Ia langsung meloncat ke luar rumah. Tanpa lupa berpamitan sama Emak. Untung saja bensin di sepeda motornya masih tersisa. 

Tiba di warkop, Bujang tambah semangat. Warkop sudah ramai. Beruntung ia masih bisa menyelip diantara dua sohibnya.

"Mana orangnya," tanya Bujang berbisik.

"Tuh yang lagi pegang mik," kata Ipank setengah kesal. Sebab ia hampir saja terjatuh gara-gara terdorong badan Bujang.

Bujang melihat ke depan. Seorang pria muda dengan stelan putih-putih. Ada logo di sebelah kanan. Tapi tak jelas lambang apa. "Partai baru barang kali," katanya dalam hati .

Kemudian Bujang mleihat sekeliling warkop. Setiap orang sudah lengkap dengan kue kotak dan teh manis. Bujang pun langsung meminta kopi, mi goreng telor double, dan rokok dua bungkus. Kedua sahabatnya itu melirik keheranan saja. 

"Banyak duit kau rupanya," kata Odoy.

"Tenang saja, kan ada celeg," tukas Ujang cuek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: