"Nak, Jangan Kau Minta Malu, Saya Tak Punya..."

Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup--

INILAH salah satu 'penyakit' politisi dan pejabat negeri ini yang hampir dipastikan bukan warisan masa lalu.  Yaitu, penyakit 'tak punya rasa malu'.  Lebih rela hilang kerhormatan ketimbang hilang jabatan.

Oleh: Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup

FAKTA.  Seorang menteri dengan tanpa malu-malu mengaku punya big data bahwa masyarakat masih menginginkan rezim yang sekarang. Lalu berikutnya muncul lagi komentar politisi dari lingkar kekuasaan soal ide perpanjangan jabatan, jabatan 3 periode, Pemilu ditunda. De el el.

Hebatnya, semua mengatasnamakan rakyat, sementara rakyat sendiri melongo mendengarnya?

Ada apa dengan negeri ini? Mengapa isu seputar perpanjangan jabatan --dengan berbagai bahasa atau sebutan-- kerap kali muncul? Dan itu semua dari kalangan lingkar kekuasaan? 

Sungguh tak elok ketika yang dimunculkan adalah keinginan menjabat lebih lama.  Lebih elok tentunya ketika para pejabat dan politisi itu merasa dikejar waktu guna menuntaskan apa yang telah diprogram dan dijanjikan?

Agaknya, rasa malu lah yang sudah terkikis sehingga mereka yang tengah duduk di kursi empuk di lingkar kekuasaan dengan 'tak malu-malu' lagi menyatakan misalnya agar Pemilu ditunda, atau diperpanjang, atau apalah namanya.

Beruntunglah, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri secara tegas menolak semua itu dalam pidatonya di HUT PDI Perjuangan belum lama ini. Dan, dengan penegasan itu semua akhirnya bungkam.

Ironisnya, mungkin karena kelakuan yang di 'pusat' demikian, akhirnya penyakit itu menular ke yang bawah pusat.  Penyakit 'hilangnya rasa malu' itu menular hingga ke desa-desa dengan dibuktikan  para Kades berunjuk rasa meminta agar jabatan mereka diperpanjang. Menjerit di depan gedung parlemen mengatasnamakan kehendak rakyat.  

Sekali lagi, rakyat dibuat melongo!

Banyak rakyat di desa-desa yang geleng-geleng kepala lihat kelakuan Kades mereka berunjuk rasa meminta jabatan diperpanjang.  

Tuhan, Sadarkan Mereka...

Sadarkah para petinggi negeri ini, bahwa tingkat kepercayaan publik terhadap para pejabatnya sangat fluktuatif sebagai akibat semua sisi kehidupan di negeri ini tak lepas dari perilaku bandit.

Harap maklum. Pergeseran nilai-nilai yang ditanamkan para pejuang dan pendiri republik sudah demikian jauh.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: