Bujang Pede: Modal 3 Qulhu

Bujang Pede: Modal 3 Qulhu

--

ENTAH mimpi apa tiba--tiba Bujang PeDe melapor pada Emak. Ia ingin belajar mengaji di masjid. Yang mengajar H. Dulah. Imam di masjid itu juga. 

Mendengar permintaan anak semata wayangnya itu, tentu saja emak gembira. Tapi ia tahu betul perangai anaknya itu. Bukan Bujang namanya jika mau melakukan susuatu tanpa maksud dan tujuan.

"Kau benar-benar mau belajar mengaji atau ada yang lain," tanya Emak. 

"Benar, Mak. Aku ingin mengaji," kata Bujang.

"Bukankah dulu kau sudah belajar mengaji sama H. Dulah."

Bujang diam. Ia sedang mencari alasan agar tetap diizinkan untuk belajar mengaji. Hanya sepersekian datik saja, Bujang sudah menemukan alasan yang tepat.

"Dulu aku hanya sampai Iqra 5 Mak," kata Bujang.   

Tentu saja Mak kaget mendengarnya. Maka diizinkanlah Bujang pergi mengaji. Bujang tersenyum penuh kemenangan.

Menjelang Asar, Bujang sudah siap. Pakaiannya sangat rapi. Pakai kopiah hitam, baju koko putih, dan sarung warnah merah. Pokoknya sore itu Bujang terlihat ganteng.

Sebenarnya sih, kata pepatah Melayu, 'Kalau tak ada berada, takkan tempua bersarang rendah'.  Bujang tidak murni benar mau belajar mengaji. Ia sebetulnya ingin melihat wajah Aisyah, anak bungsu dari H. Dulah. Aisyah baru saja pulang liburan ke kampung halaman. Aisyah kuliah di luar kota. 

Mengisi liburan di kampung, Aisyah membantu ayahnya mengajar mengaji di masjid. Itu yang ia dengar dari para bocah saat main lato-lato. Para bocah memuji Aisyah, selain cantik, Aisyah juga baik saat mengaji. Tidak seperti ayahnya yang galak dan suka marah. 

Bujang sangat takut dengan H. Dulah. Dulu ia sempat dipecut dengan rotan karena tidak menghafal surat pendek beserta artinya yang diminta Pak Haji Dulah, sudah tak ingat surat apa itu. Bujang kabur saat H. Dulah akan mengayunkan kembali rotannya. Sejak itu Bujang tak datang lagi mengaji.

Bujang mulai menghayal, ia mengandaikan akan duduk di depan Asiyah. Tentu akan menjadi suasana romantis. 

Singkat Cerita, Bujang sudah duduk di antara para bocah yang berusia 6 sampai 12 tahun. Ia sudah memegang buku Iqro. Para bocah keheranan melihat kehadiran Bujang di antara mereka. Tapi Bujang Cuek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: