Ini yang Dilakukan Algafry Rahman Terkait Merosotnya Harga Sawit
KOBA - Terkait keluhan petani sawit yang mengeluh harga Tandan Buah Segar (TBS) yang terus mengalami penurunan hingga harga beli di tingkat petani yang dibeli di bawah Rp 1.000.
Bupati Bangka Tengah, Algafry Rahman terus berupaya untuk mencari tahu penyebab harga TBS yang terus merosot tajam saat ini.
Ia turut merasakan apa yang dirasakan para petani sawit sehingga upaya agar harga TBS sawit kembali normal terus dilakukan.
Setelah beberapa waktu lalu mendatangi Pj. Gubernur Provinsi Bangka Belitung, kali ini Algafry Rahman didampingi Kepala Dinas Perindustrian perdagangan dan UMKM Bangka Tengah mendatangi Kementerian Perdagangan RI untuk menyampaikan keluhan para petani sawit dan mencari tahu apa penyebab harga TBS saat ini anjlok.
"Kita sudah mendatangi Kementerian Perdagangan dan langsung bertemu dengan pak Menteri Perdagangan untuk mencari tahu apa penyebabnya harga sawit anjlok seperti ini," ujarnya kepada Babel Pos, Rabu(06/07/2022) di Koba.
Ia pun mengemukakan bahwa salah satu penyebab harga TBS sawit ini anjlok disebabkan persoalan kebijakan pelarangan ekspor CPO beberapa waktu lalu sehingga membuat stok CPO didalam negeri melimpah dan berimbas harga TBS sawit anjlok.
"Untuk itu kita sampaikan kepada pak menteri perdagangan untuk meningkatkan ekspor CPO sehingga perusahaan sawit dapat mengoptimalkan penyerapan sawit para petani," ungkap Ketua DPRD Bangka Tengah 2014-2019 ini.
Menurut Algafry saat ini pengusaha sawit yang ada di Bangka Tengah berharap ekspor CPO lancar kembali sehingga pabrik-pabrik bisa mengosongkan tangkinya.
"Kalau tangki sudah kosong, maka perusahaan akan berebut membeli tandan buah segar sehingga harga TBS sawit juga akan meningkat," ungkapnya.
Ia mengatakan berdasarkan data Kementrian Perdagangan per 4 juli 2022 di ketahui persetujuan ekspor CPO, RBD palm oil, RDB palm olein dan UCO program percepatan melalui skema DMO Simirah tercatat mencapai 1,31 juta ton dengan angka realisasi sebesar 65,91% atau 885.500 ton sehingga volume yang belum terealisasi sebanyak 434.067 ton.
"Sementara itu persetujuan ekspor CPO, RBD palm oil, RBD palm olein dan UCO program percepatan melalui skema flush out ada sebanyak 1.09 ton dengan persentase realisasi sebanyak 645.327 ton atau setara 49,51% sehingga volume yang belum terealisasi sebayak 447.563 ton," terangnya.
Orang nomor satu di Bangka Tengah tersebut mengatakan dalam pertemuan dengan Menteri Perdagangan agar membuka ekspor CPO sehingga pabrik-pabrik pengolahan minyak sawit mentah untuk membeli TBS petani minimal harga terendah Rp 1.500 per kilogram.
"Apabila stok CPO cepat diekspor maka akan mempercepat pengurangan CPO pada tangki-tangki sehingga perusahaan sawit akan membeli TBS lebih harga, dan pak menteri perdagangan mengatakan dalam pertemuan kemarin harga beli TBS paling tidak Rp 1.600, Rp 2.000, Rp 2.500 atau bahkan bisa mencapai Rp 3.000 per kilogram," tandasnya. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: